Buah Manis yang Dapat Dipetik Timnas U-23 dari Kegagalan di Kualifikasi Piala Asia
Timnas Indonesia ini terkadang sering lupa prioritas. Mana yang harus diseriusi dan mana yang tidak perlu dibikin serius sering terbolak-balik.
Dengan persiapan yang mepet, Indra Sjafri mempersiapkan tim untuk ‘pemanasan’ di Piala AFF U-22 2019. Timnas Indonesia tidak mematok target tinggi, tapi toh akhirnya juga tidak menolak kalau juara, siapa yang tidak mau juara?
Timnas Indonesia U-22 kala itu tak terkalahkan, dengan perlahan terus menang setelah dua kali bermain imbang di pertandingan awal. Vietnam disingkarkan, Thailand ditumbangkan lewat aksi heroik Sani Rizki Fauzi dan Osvaldo Haay.
Kejuaraan yang tadinya tidak dianggap serius, tapi ujung-ujungnya dijadikan serius, karena juara. Timnas U-22 pulang dan langsung disambut dengan arak-arakan, dijamu Presiden Joko Widodo, dan diajak ke acara musik!
Para pemain diguyur bonus total Rp265 juta, dengan rincian Rp200 juta dari Presiden Jokowi dan Rp65 juta dari Menpora, serta ditambah satu unit sepada motor dan sebuah jam tangan.
Mantan pelatih futsal nasional, Justin Lhaksana sempat menyindir perayaan juara Timnas Indonesia U-22 itu lebay. Ia menilai level sesungguhnya Timnas Indonesia itu ya bukan lagi di ASEAN.
“Pendapat saya itu untuk mengangkat derajat kita. Untuk saya, kita itu tidak usah berpikir ASEAN karena terlalu rendah untuk Indonesia,” ujar coach Justin kepada INDOSPORT, Rabu (27/02/19).
Tapi rasanya, menghujat kegagalan Timnas Indonesia U-23 gara-gara ikut acara musik atau dapat siraman duit membuat pencinta sepak bola Indonesia disebut ‘kardus’. Sebenarnya, ada urusan taktikal yang tidak kalah darurat untuk dibahas.