In-depth

Susahnya Menjadi Seorang Wasit, Baik di Indonesia Maupun Dunia

Rabu, 3 April 2019 14:40 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
 Copyright:
Kampanye Penghargaan untuk Wasit

Terlepas dari rumitnya menjadi wasit, baik di dunia maupun di Indonesia, fakta itu tidak mengubah pandangan terhadap profesi pengadil lapangan.

Seberapa tinggi level yang dimiliki, satu kesalahan saja bisa menjatuhkan nama baik sang wasit dengan segala badge mentereng yang terpasang di seragamnya.

Namun demikian, wasit juga manusia. Mereka terkadang bisa melakukan kesalahan atau terbatas oleh kemampuan yang belum terjangkau teknologi.

Menurut Sky Sports, mereka menghitung pada Maret 2018 bahwa rata-rata lima dari keputusan wasit itu keliru. Fakta ini kian memaklumi bahwa dari sekitar 250 keputusan yang diambil wasit dalam satu pertandingan (data PGMOL), selalu ada kesalahan yang terselip di sana.

Di Indonesia, wasit tidak jarang diperlakukan bak maling. Ketika kemenangan merasa dirampas dari tangan yang ingin memaksakan kemenangan, wasit dipukuli hingga menjadi bulan-bulanan pemain, suporter, bahkan ofisial tim.

© Instagram/@liga_indonesia2018
Terjadi lagi pemukulan wasit oleh pemain dan pendukung di Liga 3. Copyright: Instagram/@liga_indonesia2018Terjadi lagi pemukulan wasit oleh pemain dan pendukung di Liga 3.

Mulai Januari 2019, federasi sepak bola di seluruh negera mulai didesak untuk mengampanyekan penghargaan terhadap wasit setelah mengetahui fakta kekerasan fisik dan verbal terhadap wasit telah meningkat.

Bahkan pada tahun 2013, wasit wanita Inggris, Shelby Davis mendapatkan pelecehan verbal tentang gender dan profesinya sebagai wasit.

Ia merasa terpukul dan melapor kepada Hampshire FA usai mendapatkan ujaran yang kurang lebih berisikan, 'kamu hanyalah perempuan, tak seharusnya terlibat dalam sepak bola! Kemasi tas tanganmu dan pergilah pulang!'.

Terlepas dari penghinaan yang terjadi di tahun 2013 itu, penghargaan terhadap wasit selayaknya memang kembali digaungkan. Selain itu, terkhusus di Indonesia, mereka harus diterus dibina dan ditunjang dengan fasilitas memadai.

Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan Video Assistant Referee yang masih sebatas wacana. Jangankan itu, teknologi alat bantu komunikasi saja terkadang masih jarang ada.

Ikuti Terus Berita In Depth Sports dan Olahraga Lainnya di FOOTBALL265.COM