Analisis Pertandingan Manchester United vs Chelsea: Ada Apa dengan De Gea dan Pogba?
Solskjaer sejatinya sudah coba melakukan perubahan dalam laga ini. Ia tak lagi memasang pola 4-3-3, melainkan lebih condong ke formasi 4-3-1-2 dengan menduetkan Romelu Lukaku serta Marcus Rashford di lini depan.
Perubahan juga terlihat jelas pada barisan lini tengah yang dimainkan. Solskjaer menempatkan Juan Mata sebagai gelandang serang dan juga Ander Herrera untuk menemani Paul Pogba-Nemanja Matic.
Perubahan yang dilakukan awalnya berjalan manis. Kreativitas lini tengah Manchester United mampu membuahkan gol cepat Juan Mata pada menit ke-11.
Perlu dicatat, sebelum gol Mata terjadi, MU sudah 541 menit tidak bisa mencetak skor lewat skema open play. Terakhir terjadi ketika Scott McTominay mencetak gol pada 2 April 2019 lalu, yang mana kala itu Manchester United kalah 1-2 dari Wolverhampton Wanderers.
Setelah gol Mata tercipta, lini tengah Manchester United kembali ke habitatnya lagi. Paul Pogba yang diharapkan bisa menjadi pembeda, malah terus-menerus gagal meladeni perlawanan lini tengah Chelsea.
Padahal, Manchester United mampu mencatatkan presentase penguasaan bola yang lebih unggul ketimbang Chelsea. MU menyentuh angka 52 persen, sedangkan The Blues 48 persen saja.
Penampilan ini sungguh berbeda dengan yang ditampilkan Manchester United di masa awal-awal kepelatihan Solskjaer. MU saat itumenyajikan permainan atraktif yang melibatkan kombinasi apik di antara para pemain lini tengah.
Melihat segala rangkuman di atas, sudah jelas kalau ada dua poin utama, yakni menurunnya kualitas De Gea, dan kinerja lini tengah yang tak bisa memberikan kreativitas permainan. Pertanyaannya, apakah Solskjaer bisa segera mengatasi permasalahan yang ada?
Mengenang Herlina Kasim, Sang Kartini Sepak Bola Indonesia
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga Inggris Lainnya Hanya di INDOSPORT