Jelmaan Kolonel Hannibal Smith The A-Team dalam Diri Robert Rene Alberts
Tidak bisa dipungkiri bahwa kegagalan Radovic di Piala Presiden 2019 adalah pemicu keputusan manajemen mencopotnya. Persib yang berstatus tuan rumah fase grup tak bisa berbuat banyak lantaran kalah bersaing dengan Tira-Persikabo dan Persebaya Surabaya.
Radovic memang diketahui sudah cukup lama mendapat tekanan dari para pendukung Persib (Bobotoh) sejak ditunjuk pada akhir tahun lalu. Dia diragukan bisa mengangkat prestasi klub karena dinilai masih minim pengalaman melatih di tingkat senior.
Secara permainan, Radovic juga dianggap gagal mengeluarkan potensi terbaik pemain-pemain Persib. Penghakiman Bobotoh kepada pria asal Montenegro ini kian menjadi-jadi setelah timnya secara mengejutkan tersingkir dari Piala Presiden 2019.
Lantas, adilkah menilai kualitas Radovic hanya dari ajang pramusim seperti Piala Presiden? Toh dia masih mampu mempertahankan Persib dalam kompetisi resmi bertajuk Kratingdaeng Piala Indonesia 2018/19 yang kini sudah memasuki fase perempat final.
Keadilan seperti ini tentu bukan urusan manajemen, terlebih klub raksasa sekaliber Persib yang memang terkenal tidak terlalu sabar terhadap kinerja pelatih, apalagi pelatih tersebut berlabel asing. Sejarah membuktikan bahwa Maung Bandung kurang ramah terhadap juru taktik bule.
Di era Liga Indonesia, hanya Juan Paez (2004) dan Roberto Mario Carlos Gomez (2018) yang bisa bertahan sampai akhir musim, di luar itu selalu dilengserkan sebelum kompetisi mencapai finis, termasuk Arcan Iurie (2007) dan Drago Mamic (2012).
Padahal, deretan pelatih asing berdurasi singkat di Persib belum tentu tidak bisa menghadirkan prestasi tinggi andaikan manajemen lebih sabar menunggu. Tapi apa mau dikata, tuntutan prestasi klub besar dalam era sepak bola modern sudah menjadi sebuah keharusan.
Padahal, bisa saja seorang pelatih belum bisa memenuhi target juara di satu periode karena ia sedang membangun fondasi tim yang nantinya akan membuahkan masa depan cerah serta indah pada waktunya.