FOOTBALL265.COM - Liga Primer Inggris musim 2015/2016 berakhir dengan sebuah kejutan besar. Leicester City, tim yang (mungkin) sama sekali tak diprediksi bisa menembus big four, justru mampu merusak "tradisi". Mereka keluar sebagai juara saat itu.
Masyarakat mungkin lebih mengunggulkan tim-tim besar yang selama dua dekade terakhir merajai kompetisi kasta tertinggi sepak bola di Negeri Ratu Elizabeth. Manchester City, Arsenal, Manchester United, hingga juara bertahan, Chelsea saat itu jadi favorit juara. Namun, prediksi banyak orang akhirnya meleset di akhir musim.
The Foxes, yang musim sebelumnya harus tertatih agar selamat dari jurang degradasi sukses membalikkan prediksi banyak orang. Mereka tampil superior dengan memetik 23 kemenangan, 12 kali seri dan, hanya menelan tiga kekalahan. Si Rubah merengkuh gelar juara Liga Inggris pertama kali sejak berdiri tahun 1884.
Kemenangan David atas Goliath hingga kisah dongeng yang bakal sulit terjadi lagi langsung menghiasi pemberitaan kala itu.
Prestasi langka itu juga melahirkan bintang-bintang baru di tubuh Leicester. Salah satunya Riyad Mahrez. Musim itu, pemain asal Aljazair tersebut tampil produktif dengan mengemas 17 gol meski banyak beroperasi di sektor penyerang sayap.
Mahrez mampu menyelinap di jajaran elite daftar pencetak gol terbanyak kala itu. Penampilan apiknya membuat Manchester City rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memboyong di awal musim lalu.
Kini, reinkarnasi menuju dongeng milik Leicester City menghiasi sepak bola Indonesia. Tira Persikabo, klub yang bermarkas di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor itu kini menceoba merajut cerita indah tersebut.
Mirip kisah milik Si Rubah, pasukan Laskar Padjajaran yang tak masuk prediksi banyak orang jadi pesaing juara kini sementara berada di puncak tertinggi Shopee Liga 1. Tira memetik lima kemenangan dan lima seri dan belum menelan kekalahan hingga pekan ke-10.
Manahati Lestusen dan kolega berada di pucak dengan 20 poin. Mereka tampil konsisten disaat tim-tim yang digadang-gadang meramaikan perburuan gelar juara seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, hingga Arema FC harus terdampar di papan tengah dan jurang degradasi.
Namun jika dilihat dari sisi teknis, apa yang diraih Tira Persikabo sementara ini bukan sesuatu yang kebetulan. Setidaknya ada tiga hal utama yang membuat mereka mampu berada di puncak klasemen.
Pertama adalah chemistry pemain lokal yang semakin matang. Maklum saja, hampir penggawa lokal mereka tak banyak berubah sejak beberapa musim terakhir.
Nama-nama semacam Angga Saputro, Andy Setyo Nugroho, Abduh Lestaluhu, Manahati Lestusen, Wawan Febriyanto sejak musim lalu hingga saat ini masih menghiasi line-up Tira Persikabo. Belum lagi pemain lain seperti Vava Mario Yagalo, Rifad Marasabessy, dan striker naturalisasi Osas Saha semakin menambah kedalaman skuat di musim ini.
Ikatan sebagai anggota TNI aktif membuat pemain berstatus prajurit tentara tetap berada di Tira Persikabo. Tentu, kerjasama dan chemistry antarpemain sudah terbangun sejak lama.
Faktor kedua yakni kehadiran empat pemain asing yang tepat guna. Khused Beknazarov (bek), Essengue Eloumu Parfait (gelandang), Ciro Alves (winger), dan Loris Arnaud (striker) mampu menjalankan peran masing-masing.
Khusus untuk Ciro, pemain asal Brasil itu kini menjelma sebagai bomber maut di Liga 1. Pemain bernama lengkap Ciro Henrique Alves Ferreira e Silva tersebut sudah mengemas tujuh gol. Dia hanya terpaut satu gol dari striker Persela Lamongan, Alex Dos Santos sebagai top skor sementara.
Jika Leicester punya Mahrez, Ciro juga mewakili perfroma impresif sang pemain di Tira Persikabo. Sama-sama banyak beroperasi di sektor sayap dan depan, penyerang berusia 30 tahun itu mampu tampil produktif. Tak hanya urusan gol, baik Mahrez dan Ciro juga mahir dalam memberikan servis kepada pemain lain untuk mencetak gol.
Ketiga adalah faktor hadirnya pelatih anyar, Rahmad Darmawan. Kapasitas juru taktik yang akrab disapa coach RD itu sebagai pelatih tak diragukan lagi. Dia membawa Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC menjuarai Liga Super Indonesia. Lalu pelatih asal Metro, Lampung itu juga membawa Timnas Indonesia U-23 meraih medali perak di SEA Games 2011 dan 2013.
Belum lagi Rahmad adalah pensiunan TNI AL berpangkat Mayor. Sebagai bekas tentara, tentu kedisiplinan tinggi dijalankan pelatih berusia 52 tahun itu kepada pemain.
Jika dikaitkan dengan hukum disiplin militer, pemain yang memiliki pangkat lebih rendah dari Rahmad tentu akan mematuhi komando dari atasan. Termasuk dalam hal program latihan maupun saat pertandingan. Terbukti, tangan dingin Rahmad Darmawan mampu memberikan warna baru dalam permainan Tira Persikabo di musim ini.
So, apakah dongeng milik Leicester City akan dilanjutkan Tira Persikabo di Liga 1? Kita tunggu hingga akhir musim nanti.