Deretan Rivalitas Panas Klub-klub Indonesia yang Disebabkan Perseteruan Antar Suporter
Bila berbicara soal rivalitas panas sepak bola Indonesia, kurang lengkap bila tak membahas Persebaya Surabaya vs Arema Malang. Rivalitas keduanya begitu panas sebagai dua tim Jawa Timur, dan tak jarang memakan korban jiwa.
Lihat saja kisah di tahun 2015, tepatnya jelang laga Piala Jenderal Sudirman Arema Malang vs Persebaya Surabaya. Dua orang Aremania tewas akibat diserang oleh sejumlah oknum Bonek di daerah Sragen.
Kalau diterka ke belakang, awal mula rivalitas antara Persebaya dan Arema ini kabarnya akibat sebuah tawuran antar suporter. Pada 23 Januari 1990, terjadi sebuah tawuran hebat antara Bonek dan Aremania di Tambaksari, Surabaya.
Kala itu, Bonek dan Aremania mendatangi sebuah konser Kantata Takwa di Tambaksari. Namun, setelah konser berlangsung selama 30 menit, Bonek dibuat geram oleh sikap Aremania.
Bonek kesal Aremania malah menguasai area depan panggung dan bersorak "Arema!", padahal konsernya digelar di Surabaya. Tawuran pun pecah, dan sejak itulah rivalitas Persebaya vs Arema tercipta.
PSS Sleman vs PSIM Yogyakarta
Membahas rivalitas panas sepak bola Indonesia, jangan lupa sertakan nama dari dua tim, PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta. Keduanya sudah cukup lama terkenal memiliki rivalitas panas dan kerap menimbulkan kericuhan.
Pada 12 Febuari 2010 lalu misalnya, PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman bertemu dalam laga lanjutan Divisi Utama Indonesia. Laga yang dilangsungkan di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, dihadiri oleh kedua kelompok suporter tim, Brajamusti (PSIM) dan Slemania (PSS).
Namun, jalannya laga harus dihentikan pada menit ke-63. Kedua kelompok suporter terlibat bentrok yang sudah tak dapat dikendalikan.
Kalau mau ditarik ke belakang, sebenarnya rivalitas PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta awalnya muncul karena gengsi antara kedua kelompok suporter. Seperti yang tertera pada laporan ilmiah skripsi milik mahasiswa Universitas Negeri Yogykarta, Febriana Muryanto, pada tahun 2011.
Berdasarkan hasil temuan Febriana, dijelaskan kalau Brajamusti merasa cemburu dengan prestasi yang diraih oleh PSS. Padahal, PSS lahir jauh setelah hadir di kancah sepak bola Indonesia PSIM.
"DIY dulu hanya ada PSIM, dan PSS merupakan adik dari PSIM karena PSIM lebih dulu lahir. Setelah PSS lahir, ternyata prestasi PSS lebih baik dan akhirnya mulai ada konflik diantara mereka," bunyi hasil wawancara di dalam skripsi Febriana.