AC Milan dan Manchester United, 2 ‘Pengabdi Setan’ yang Selalu Kompak
Beda kasta di sini maksudnya adalah mengenai kekuatan finansial yang berbeda antara AC Milan dengan Manchester United.
AC Milan merupakan tim yang sempat terlibat masalah finansial, sedangkan Manchester United malah disebut sebagai salah satu klub terkaya di dunia.
AC Milan sejatinya sempat mendapatkan sokongan dana besar dari pengusaha asal China yang membuat mereka mampu jor-joran pada bursa transfer musim 2017/18. Belasan pemain pun didatangkan oleh AC Milan pada saat itu.
Namun sayang hanya satu pemain saja yang boleh dikatakan termasuk dalam pembelian sukses yaitu Hakan Calhanoglu. Tak berapa lama setelah itu, AC Milan pun mengalami krisis finansial hingga akhirnya diselamatkan oleh Elliot Advisors.
Meski telah diselamatkan, nyatanya AC Milan tetap masih belum terlalu sehat secara keuangan sehingga mereka pun jarang membeli pemain mahal. Status AC Milan sebagai tim ‘kere’ sejatinya sangat berbanding terbalik dengan Manchester United.
Tak bisa dipungkiri kalau Manchester United telah menjadi salah satu dari tiga tim terkaya di dunia bersama Real Madrid dan Barcelona. Meski telah puasa gelar Liga Inggris sejak 2013, tetap saja pendapatan Manchester United tetaplah positif.
Namun sayang kekayaan Manchester United tidak mampu dimanfaatkan untuk menyelamatkan kejatuhan tim usai ditinggal oleh Sir Alex Ferguson.
Mulai dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer terbukti belum mampu mengembalikan kejayaan Manchester United.
Dari sini dapat kita lihat bahwa kasta atau status AC Milan dan Manchester United berbeda tapi mengapa tetap senasib?
Miss Management
Benang merahnya adalah miss management yang terjadi pada AC Milan dan Manchester United yang menjadi penyebab kekacauan.
Di AC Milan, miss management sangat jelas terlihat saat mereka menghabiskan uang ratusan juta euro hanya untuk belasan pemain medioker.
Alangkah lebih cerdasnya, andai limpahan uang banyak itu diakomodir untuk membeli pemain bintang sebanyak 3 atau 4 saja. Tak hanya itu, si konsorsium asal China itu juga justru telah membawa AC Milan pada masalah keuangan yang makin pelik.
Sempat ada harapan baru bersama sang pelatih Marco Giampaolo pada awal musim ini untuk AC Milan. Tapi ternyata di laga perdana, AC Milan tampil begitu buruk dengan kalah 0-1 dari Udinese dengan tanpa ada satupun shots on target.
Sedangkan Manchester United, miss management yang mereka alami adalah ketidakmampuan mereka untuk mencari sosok pengganti Sir Alex Ferguson. Sejatinya penunjukan David Moyes sejak hari pertama saja sudah menjadi sebuah kesalahan.
Tapi pemecatan David Moyes dalam waktu kurang dari setahun justru semakin menjatuhkan Manchester United. Setelah Moyes dipecat, kultur dan identitas Manchester United yang dibangun Ferguson, seketika itu menjadi luntur.
Penunjukan Jose Mourinho juga menjadi cacat lain bagi seorang Ed Woodward selaku CEO Manchester United karena pelatih Portugal itu justru membawa Setan Merah menuju jurang terdalam. Memang si ‘mesias’ Ole Gunnar Solskjaer sempat mengangkat peforma tim.
Tapi catatan hanya tiga kali menang dalam 12 laga terakhir Manchester United di Liga Inggris tentu menunjukan kalau Solskjaer pun belum bisa menjadi mesias sesungguhnya. Pada akhirnya kedua tim memang beda kasta tapi tetap senasib akibat miss management.
Mungkin bagi pendukung Manchester United perlu berharap agar AC Milan dapat bangkit kembali sehingga The Reds Devils bisa berjaya lagi, begitupun sebaliknya untuk fans I Rossoneri untuk berharap pada skuat asuhan Solskjaer.