Manchester United, Si Badut Transfer Coba-coba Jadi Joker
Sudah terlalu banyak bahan lawakan yang Manchester United berikan. Selain aktivitas transfer yang buruk, performa tim juga jauh dari sempurna. Setelah musim lalu dipastikan finish di luar empat besar, mereka kembali tertatih-tatih di awal Liga Inggris 2019/20 di mana cuma sekali menang dan telah menelan satu kekalahan hingga pekan keempat.
Enam tahun gagal setelah menikmati dekade penuh glamor di era Sir Alex, Manchester United tentu bosan menjadi badut Eropa. Nah, di tengah lawakan ini, sisi Joker perlahan terlihat dalam diri Ole Gunnar Solskjaer.
Kembali mengingatkan, karakter Joker yang belakangan menyapa penikmati film lewat judul The Dark Knight (rilis 2008) ataupun Joker pada Oktober nanti ialah seorang pembunuh kejam yang tak peduli siapa korbannya.
Solskjaer memperlihatkan sisi pembunuhnya dengan menyingkirkan pemain yang ia tak butuhkan. Usai Lukaku dan Sanchez, dia membiarkan bek Chris Smalling dan Matteo Darmian hengkang dengan tujuan yang sama: Italia.
Smalling bergabung dengan AS Roma, sementara Darmian telah menjalani tes kesehatan untuk segera berseragam Parma.
Bukan hanya itu. Para pemain senior macam Nemanja Matic, Juan Mata, Ashley Young, Phil Jones, dan Marcos Rojo menjadi penghangat bangku cadangan di awal musim ini.
Solskjaer lebih memilih mempromosikan para pemain akademi seperti Mason Greenwood, Angel Gomes, dan James Garner, plus rekrutan musim panas 2019 seperti Aaron Wan-Bissaka dan Daniel James.
Tujuan Solskjaer si Joker jelas. Dia tengah meremajakan skuat Manchester United demi membentuk tim yang benar-benar solid. Jika regenerasi berjalan sesuai rencana, Iblis Merah bisa tampak sebagai kandidat juara sejati pada dua hingga tiga tahun mendatang.
Sabar Adalah Kunci
Lantas, maukah fans Man. United bersabar? Bila mau dan percaya, bukan mustahil Man. United mengikuti jejak Liverpool era Jurgen Klopp yang saat ini tengah menikmati prestasi seperti gelar Liga Champions 2018/19.
Perlu diingat, Klopp, yang melatih Liverpool sejak 2015, sempat membawa tim itu berada di peringkat 8 klasemen akhir Liga Inggris 2015/16.
Bagaimanapun, masa transisi memerlukan waktu di mana harus diwarnai deretan kisah jatuh-bangun. Seperti pepatah, Kota Roma tidak dibangun dalam sehari.