FOOTBALL265.COM- Mengenal lebih dekat dengan Warna Agung, klub pertama yang berhasil menjuarai Liga Sepak bola Utama atau yang lebih dikenal Galatama.
Jauh sebelum era Liga 1 bergulir, Indonesia memiliki sebuah kompetisi bertajuk Liga Sepak bola Utama (Galatama), sebuah kompetisi yang menjadi cikal bakal dari kompetisi-kompetisi sepak bola yang sedang berjalan saat ini.
Walau masih berstatus semi-profesional, Galatama kala itu sukses merubah seluruh peta kompetisi Si Kulit Bundar di Tanah Air. Salah satunya dengan adanya pengunaan pemain asing yang pertama kali terjadi pada kompetisi ini.
Galatama juga menjadi salah satu alasan lahirnya klub-klub yang saat ini sedang bersaing, baik di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, maupun kasta kedua.
Berbicara mengenai edisi perdananya, Warna Agung sukses menjadi klub pertama yang berhasil menjuarai Galatama kala itu. Klub yang didukung oleh perusahaan cat asal Jakarta ini mengakhiri musim dengan raihan 38 poin.
Unggul tipis dari rivalnya, Jayakarta, yang menempati peringkat kedua dengan total 37 angka, serta Indonesia muda di tempat ketiga dengan 36 poin.
Dukungan Benny Muljono sebagai investor, ditambah kehadiran Endang Witarsa atau yang kerap disapa Dokter, menjadi kunci utama dibalik kesuksesan Warna Agung menjuarai edisi perdana Galatama kala itu.
Nama Warna Agung kian mengerikan seiring lahirnya deretan pemain-pemain bintang. Tengok saja daftar alumnus mereka, mulai dari Rully Nere, Ronny Pattinasarany hingga Widodo Cahyono Putro.
Jangan lupakan deretan pelatih yang pernah mengarsiteki Warna Agung. Nama-nama seperti Endang Witarsa hingga Harry Tjong pernah menempati kursi panas di industri sepak bola ini.
Sayang, Warna Agung harus pamit dari dunia Kulit Bundar Tanah Air usai mengalami konflik internal pada tahun 1995. Konon, retaknya internal klub yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) ini karena sang pelatih, Endang Witarsa, menolak suap yang ramai terjadi kala itu.
Sang Dokter enggan terjerumus dalam pengaturan skor, dan pada akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Warna Agung. Hal itu pula yang membuat Warna Agung secara perlahan-lahan mulai kehilangan taringnya, dan hilang untuk selama-lamanya