In-depth

Benarkah Ada Praktik Money Politic di Kongres Luar Biasa PSSI?

Senin, 4 November 2019 17:36 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Media PSSI
Suasana Kongres PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (2/11/19) Copyright: © Media PSSI
Suasana Kongres PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (2/11/19)

FOOTBALL265.COM – Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI telah usai dengan terpilihnya Mochamad Iriawan alias Iwan Bule sebagai ketua umum, tapi benarkah ada praktik money politic di dalam proses pemilihan?

Di dalam setiap kontestasi pemilihan baik itu Presiden, Gubernur, bahkan hingga RT sekalipun, selalu isu adanya money politic menjadi hal yang sangat seksi. Tak bisa dipungkiri, pemilihan secara demokrasi yang dianut Indonesia kerap rentan akan praktik culas berkedok money politic.

Ingin memenangkan suatu pemilihan tetapi dengan cara yang instan menjadi motif di balik praktik money politic dilancarkan. Lantas bagaimana dengan pemilihan ketum PSSI di KLB yang terjadi pada Sabtu (02/11/19) di Hotel Shangri-La lalu?

Sejatinya isu money politic memang menjadi hal yang terus didengungkan di setiap pemilihan ketum PSSI juga. Namun isu adanya dugaan praktik money politic semakin mengencang ketika di acara Mata Najwa, secara blak-blakan salah satu caketum PSSI, Vijaya Fitriyasa menyebut ada uang 300 juta rupiah.

Semakin mengkhawatirkan ketika mantan ketum PSSI, La Nyalla Mattalitti dengan entengnya menyebut adanya dugaan money politic merupakan hal yang biasa terjadi. Lantas, bagaimana dengan KLB PSSI yang terjadi dengan putusan Iwan Bule terpilih sebagai ketum PSSI, benarkah ada money politic di sana?

Jawaban mengejutkan terlontar dari salah satu caketum yang hadir pada KLB PSSI, yakni Yesayas Oktavianus. Ketika ditemui oleh INDOSPORT sebelum KLB digelar, wartawan olahraga senior itu secara gamblang memaparkan pandangannya mengenai money politic berdasarkan pengalamannya.

“Saya sudah 30 tahun di bola jadi ini sudah rahasia umum kalau ada money politic dan bahkan itu sudah terjadi sebelum kongres dimulai. Jadi pasti ada money politic yang bermain di sana meski itu sebenarnya perlu dibuktikan juga,” cerita Yesayas Oktavianus.

Itu menurut Yesayas yang memang selama ini telah berada dalam lingkungan sepak bola sebagai seorang wartawan olahraga. CEO Nine Sport, Arif Putra Wicaksono kepada INDOSPORT bahkan mengaku sempat ditawari oleh orang tak dikenal untuk membeli voter, seperti halnya dengan Vijaya.

“Sekarang pun ada yang nawarin saya, tapi kan yang nawarin juga bukan voter jadi tidak ada bukti. Jadi mereka menghubungi saya kalau ada pegang berapa suara voter, mereka bilang berani bayar berapa,” ucap Arif Putra Wicaksono sebelum kongres dimulai.

Arif Putra Wicaksono mengaku tidak mendalami telepon dari orang yang tak dikenal itu karena memang tidak tertarik dengan iming-iming bisa dalam tanda kutip membeli voter (hingga saat ini masih belum terbukti).

“Saya memilih untuk berbicara berdasarkan mata kepala sendiri dan saya tidak melihatnya jadi tak mau berasumsi,” ungkap Arif Putra Wicaksono kepada INDOSPORT sesaat setelah Iwan Bule terpilih menjadi ketum PSSI.

Mendengar jika ada oknum yang menawarkan caketum untuk membeli hak suara voter tentu merupakan suatu tindak kriminal. Namun sayang memang selama belum ada bukti, ada baiknya untuk tidak main hakim sendiri, ungkapan yang juga diamini oleh Chairman Brisbane Roar, Rahim Soekasah.

“Saya tidak tahu, itu kan katanya buktinya juga kita tidak tahu, sudahlah lebih baik kita tidak usah ikut yang begituan,” jelas salah satu caketum yang tetap mengikuti proses pemilihan bersama Iwan Bule dan Arif Putra Wicaksono.

Itu tadi adalah keterangan dari sebagian caketum yang memang tampak seperti tidak mau ikut campur dengan adanya isu dugaan money politic bermain. Lantas bagaimana dengan cawaketum dan calon Exco PSSI? Kami pun menemui Mohamad Kusnaeni yang kebetulan mendaftar untuk dua posisi itu.

“Kalau ke saya sih tidak ada yang berani minta, mungkin bukan cuma karena tidak berani, mereka bisa kira saya tidak punya duit lagi. Saya sih tidak terlibat ya, tidak ada yang meminta, tidak ada yang menawari dan memberi peluang,” ujar pengamat sepak bola kondang yang akrab disapa Bung Kus itu.

Semakin penasaran dengan money politic yang sepertinya menjadi hal lumrah tetapi sulit untuk dibuktikan, kami pun secara acak mencoba untuk mencari tahu secara langsung dari para voter. INDOSPORT pun akhirnya bertemu dengan salah satu voter yaitu manajer Madura FC, Januar Herwanto.

“Ya minimal saya sendiri tidak menerima, jadi terlepas itu ada atau tidak, dinamika di Indonesia memang seperti itu,” demikian pernyataan dari Januar Herwanto ketika ditanya adakah money politic dalam KLB PSSI.

Kembali sangat sulit untuk membuktikan apakah ada money politic di KLB, tetapi sebenarnya yang jauh lebih penting adalah bagaimana solusi dari permasalahan tersebut. Admin @Infosuporter, Arista Budiyono kepada INDOSPORT coba memberikan sedikit jalan keluar dari isu money politic.

“Setiap tahun, setiap kongres pasti selalu ada seperti itu, tidak hanya kongres ini ya pasti selalu ada seperti itu. Itu bukan hal tabu tapi kita tidak bisa buktiin. Tapi gini deh suporter juga seharusnya bisa mengantisipasi money politic itu.”

“Caranya tekan dong klubnya dan asprov untuk tidak memilih caketum yang terindikasi melakukan money politic,” jelas Arista.

Menurut Arista, suporter sepak bola Indonesia bisa melakukan sesuatu agar money politic dapat tereduksi yaitu dengan menekan asprov dan klub masing-masing. Melihat isu dugaan money politic semakin liar di KLB PSSI, bagaimana pandangan Kemenpora menanggapi hal itu?

“Saya tidak tahu, saya tidak tahu, saya tidak tahu tapi harapan kami tuh jangan ada yang pakai money politic karena itu tidak edukatif dan menimbulkan prasangka yang tidak-tidak. Pak Iwan Bule juga harusnya meng-clear-kan masalah itu,” cerita Sesmenpora, Gatot Dewa Broto kepada INDOSPORT.

Mungkin pernyataan Sesmenpora ada benarnya juga, diperlukan penjelasan resmi dari Iwan Bule mengenai dugaan money politic agar segala isu yang merebak bisa teredam. Atau mungkin pihak kepolisian bisa saja mencoba untuk mengusut money politic tapi tentu jika ada yang melapor juga.

Memang isu money politic di setiap pemilihan tak terkecuali KLB PSSI tak ubahnya seperti kentut, selalu tercium bau tapi tidak tahu siapa yang melakukan.