FOOTBALL265.COM - Pertandingan pekan ke-4 Liga Champions antara Borussia Dortmund vs Inter Milan baru saja rampung, Rabu (06/11/19) dini hari tadi dan berikut ini adalah analisis taktik dari INDOSPORT.
Dortmund yang bermain di rumahnya sendiri, Signal Iduna Park, sejatinya sempat kesulitan menghadapi perlawanan Inter Milan. Buktinya pada babak pertama, Dortmund tertinggal dua gol lebih dulu dari tamunya itu.
Kebangkitan baru bisa digapai Dortmund saat laga memasuki babak kedua. Menit ke-51, 64', dan 77', Dortmund secara beruntun berhasil mencetak gol balasan dan berbalik unggul.
Hingga akhirnya wasit meniupkan peluit panjang, Dortmund sukses mempertahankan keunggulan 3-2 atas Inter Milan.
Berkat kemenangan ini, Dortmund berhasil menduduki peringkat dua dengan tujuh poin, atau hanya berjarak satu angka saja dari pemuncak klasemen, Barcelona.
Tapi kekalahan Inter Milan dari Dortmund ini cukup menarik, pasalnya mereka unggul dua gol lebih dulu lewat gol Lautaro Martinez menit ke-5 dan Matias Vecino menit ke-40.
Namun babak kedua Inter Milan seperti tak berdaya menghadapi gempuran Borussia Dortmund yang diinisiasi oleh 4 pemain di sepertiga lapangan, seperti Thorgan Hazard, Julian Brandt, Jadon Sancho dan Mario Gotze.
Taktik Brilian Lucien Favre
Meski banyak yang bilang Dortmund menang karena bermain di rumah sendiri dan didukung oleh para suporter setianya, tapi kita harus berikan jempol untuk pilihan taktik Lucien Favre.
Favre padahal membawa Paco Alcacer yang punya posisi utama sebagai striker, tapi dia lebih memilih Mario Gotze ditempatkan di posisi penyerang tengah dalam formasi 4-2-3-1.
Kami sudah melihat pergerakan yang dilakukan oleh Gotze dengan penempatan posisinya di posisi striker. Tapi uniknya dia tak terlalu sering beroperasi di kotak penalti, malah lebih jauh membantu lini tengah, yang artinya Gotze memerankan false nine.
Dengan strategi ini, Dortmund tertinggal dua gol dan tak membalas sama sekali di babak pertama adalah hal wajar. Malah di babak kedua mereka tampil menggila dengan mencetak tiga gol.
Dari tiga gol yang dicetak oleh Dortmund di babak kedua, uniknya lagi dua gol dicetak oleh bek kanan, Achraf Hakimi dan sisanya adalah Julian Brandt yang berperan sebagai gelandang serang.
Fokus Inter Milan Masih Jadi PR Conte
Unggul dua gol di babak pertama dan kebobolan tiga gol di babak kedua, tentu yang jadi sorotan adalah fokus skuat Inter Milan di sepanjang 90 menit pertandingan.
Bahkan hasil pertandingan ini meruntuhkan rekor yang sudah mereka jaga cukup lama. Ya, untuk pertama kalinya Inter Milan dalam 28 laga terakhir di Liga Champions harus menderita kekalahan setelah unggul 2 gol lebih dulu.
Pada gol pertama Hakimi pada menit ke-51, jelas sekali bahwa Stefan de Vrij mulai hilang fokus. Hakimi yang ada di depan gawang, tak mendapat penjagaan saat meneruskan umpan Gotze.
Gol kedua yang dicetak Julian Brandt juga menjelaskan pertahanan rapuh Inter Milan. Diego Godin dan Marcelo Brozovic yang menjaga Brandt kalah lari, sementara de Vrij yang ada di depan gawang hanya terpaku melihat sepakan placing yang berujung gol kedua bersarang di gawang Inter.
Gol ketiga yang dicetak oleh Hakimi juga memperlihatkan De Vrij dan Diego Godin yang tak kuasa menyeimbangi kecepatan bek kanan Dortmund itu. Dengan mudah, gol terjadi dan Inter Milan kalah.
Kenapa fokus menjadi sorotan untuk skuat Inter Milan dan Antonio Conte? Keunggulan Inter Milan yang terlihat rapuh memang beberapa kali sudah terjadi, bahkan mereka beberapa kali hampir gagla menang karena tak fokus hingga laga berakhir.
Sebut saja saat menghadapi Sassuolo di laga lanjutan Serie A Italia pada tanggal 20 Oktober 2019, Inter Milan unggul 4-1 di menit ke-71. Namun mereka hampir saja kehilangan tiga poin.
Sassuolo saat itu tiba-tiba melihat celah di pertahanan Inter Milan dan berhasil mencetak dua gol ke gawang Inter Milan menit ke-74 dan menit ke-81. Beruntung, skor 3-4 bertahan untuk kemenangan Inter Milan.
Fokus Inter Milan benar-benar harus dibenahi oleh Antonio Conte jika memang mau berbicara banyak di Liga Champions musim ini. Terutama di lini pertahanan mereka, karena jika tidak, akan berimbas juga ke penampilan di Serie A Italia.