FOOTBALL265.COM – Pemain asing Bali United, Paulo Sergio, pernah bermain bersama Cristiano Ronaldo di tim junior Sporting Lisbon. Dengan perjalanan karier yang jauh berbeda, Paulo mengungkap alasan mengapa dirinya tak bersinar seperti Ronaldo.
“Saat itu, saya sangat tempramental karena tak bisa menunggu waktu yang tepat untuk bermain. Ditambah lagi, Sporting Lisbon senior saat itu diisi pemain berkualitas seperti Pedro Barbosa, Sa Pinto, dan Mario Jardel,” ucap Paulo dilansir dari Desporto.
“Alhasil, saya akhirnya lebih banyak dipinjamkan ke klub lain dan malah tidak mendapatkan kesempatan membela Sporting. Jika saya bersabar seperti Miguel Garcia, mungkin ceritanya berbeda. Namun, saya tidak menyesal dengan diri saya sendiri,” lanjutnya.
Paulo Sergio mengaku bahwa ia merupakan generasi terbaik di akademi Alvalade (Sporting Lisbon). Bersama Cristiano Ronaldo, ia juga satu tim dengan Hugo Viana, Miguel Garcia, dan sahabat terdekatnya, Ricardo Quaresma.
Paulo pun secara khusus menceritakan bagaimana sosok Ronaldo saat itu. Menurutnya, Ronaldo kala itu sudah menjadi salah satu pemain yang paling menonjol. Pemain yang kerap disebut CR7 itu sangat fokus dan profesional sedari muda.
Meski tak dilirik Sporting Lisbon, ia malah meraih berkah di sisi dunia yang lain. Setelah memutuskan berkarier di Asia, Paulo selalu merengkuh gelar di setiap klub yang dibelanya. Pada 2015, ia menjuarai Liga Singapura bersama klub milik Sultan Brunei, DPMM.
Nasib baik kembali menyelimutinya setelah bermukim di Indonesia. Pada musim 2017, ia pindah ke Bhayangkara FC dan menjuarai Liga 1. Dua musim setelahnya, ia pindah ke Bali United dan kembali merengkuh juara di musim perdananya.
“Menariknya, saat berpindah klub di kompetisi Asia, saya selalu mendapatkan gelar juara. Mungkin ini bisa menjadi penegasan bahwa kemampuan saya seharusnya tak diremehkan,” ucap Paulo sambil tertawa.
Pada musim 2019 sendiri, peran Paulo Sergio di lini serang Bali United sangat krusial. Ia berhasil mencetak dua gol dan 10 assists. Meski sudah akan menginjak usia 36 tahun, Paulo belum terpikir sedikit pun untuk gantung sepatu.