FOOTBALL265.COM – Pada Hari Raya Imlek tahun ini, ada baiknya jika kita mengetahui tentang jejak Tionghoa di persepakbolaan Indonesia.
Jika mendengar kata Tionghoa (dalam konteks sepak bola), hampir sebagian besar penikmat si kulit bundar nasional akan mengingat klub tertua di Jakarta, yakni UMS.
Dahulu klub tersebut bernama Tiong Hoa Hwee Koan Scholar’s Football Club atau Pa Hoa FC. Sesuai namanya, UMS merupakan klub yang diisi etnis Tionghoa.
Dalam perkembangannya, UMS tumbuh menjadi klub yang menakutkan di Jakarta dengan sebutan 'pabrik' bakat-bakat pesepakbola etnis Tionghoa dan Indonesia (pribumi).
Bagaimana tidak, UMS menjadi klub yang paling dominan dalam menyalurkan pemain-pemain ke Persija Jakarta dan Timnas Indonesia mulai dari era 1930-an hingga 1970-an.
Tak bisa dipungkiri, ketika itu etnis Tionghoa dan Indonesia jebolan UMS berperan besar dalam kejayaan Persija dan Timnas Indonesia.
Perkumpulan Olah Raga (POR) antar etnis sedang menjamur di Batavia pada tahun 1900-an awal. POR dijadikan ajang sosialisasi atau kelompok etnis tertentu melalui bidang olahraga.
Khusus etnis Tionghoa, salah satu POR yang berdiri di Jakarta adalah Tiong Hoa Oen Tong Hwee (THOTH). THOTH kala itu hanya berkecimpung di cabang olahraga atletik dan bola keranjang.
Seiring perkembangannya, POR dari berbagai etnis mulai merambah ke cabang olahraga sepak bola. THOTH pun juga mulai meningkatkan perkembangan di dunia si kulit bundar.
THOTH akhirnya membentuk klub sepak bola bernama Tiong Hoa Hwee Koan Scholar’s Football Club atau Pa Hoa FC, yang didirikan pada tanggal 02 Agustus 1912.
Dua tahun berjalan, Pa Hoa FC berganti nama menjadi Union Makes Strength (UMS). Para pendiri akhirnya tetap menyematkan tanggal berdirinya POR THOTH sebagai awal dibentuknya UMS, 15 Desember 1905.
UMS terus mengembangkan sayapnya dan mengirimkan wakilnya ke Hindia Belanda yang tampil di Piala Dunia 1938 silam. Itu dibenarkan langsung oleh Ketua Pengurus UMS, Alex Sulaiman.
"Ada kayaknya jebolan UMS di Piala Dunia 1938, tapi paling banyak ketika menahan imbang Uni Soviet 0-0,” ujar Alex Sulaiman selaku Ketua Pengurus UMS kepada INDOSPORT.
Pemain itu adalah kapten kesebelasan Achmad Nawir (HBS Soerabaja), Tan 'Bing' Mo Heng (HCTNH Malang), Anwar Sutan (VIOS Batavia), hingga G. van den Burgh (SVV Semarang).
UMS dan Tunas Jaya beserta klub etnis lainnya bergabung dengan VIJ yang kemudian berganti nama menjadi Persija Jakarta pada tahun 1950. Itu menjadi awal mula UMS mencetak bakat warga pribumi.
UMS dan klub lainnya kemudian mengikuti kompetisi Persija. Dari sanalah, jebolan pemain UMS masuk ke dalam era kejayaan Persija.
UMS menjelma menjadi klub yang merajai kompetisi Persija pada tahun 1952 dan 1953. Para pemain jebolan UMS pun masuk ke dalam bagian skuat Persija, sepert A.W. Van der Vin, Djamiat Dalhar, Chris Ong, Thio Him Tjiang, dan Kwee Kiat Sek.
Berkat sentuhan pemain UMS, Persija Jakarta akhirnya mampu kembali menjuarai Perserikatan tahun 1954 dan 1964.
UMS dalam perjalanannya sebagai pabrik pemain berbakat Persija, juga turut menyumbangkan pesepakbola untuk Timnas. Para pemain itu adalah Peng Hong, Kwee Kiat Sek, Risdianto, Yudo Hadianto, Reny Salaki, dan Surya Lesmana.
Namun sayangnya saat ini sudah hampir tidak ada pesepakbola berdarah Tionghoa yang terkenal dan sukses seperti Peng Hong, Kwee Kiat Sek, dan lain-lain.