FOOTBALL265.COM - Klub Liga 1 PSM Makassar menjadi salah satu klub yang memiliki masa depan cerah. Hal itu terjadi dikarenakan Pasukan Ramang (julukan PSM) merupakan salah satu klub yang memiliki akademi terbaik di kancah sepak bola Indonesia.
Walau baru terbentuk pada akhir tahun 2017 silam setelah mengakuisisi salah satu sekolah sepak bola di Mamuju, Sulawesi Barat dan belum mengukir prestasi meyakinkan di kompetisi resmi, tapi satu demi satu talenta pesepakbola muda mulai diorbitkan.
Diantaranya ialah Rafly Asrul (gelandang serang), Edgard Amping (bek sayap), dan Renaldi (bek tengah). Mereka menjadi andalan Garuda Select II selama menimba ilmu selama sembilan bulan di Inggris dan Italia yang terus dieluh-eluhkan akibat performa ciamiknya.
Juga ada Muhammad Asyurah Al Faqih (kiper) dan Victor Dethan (bek tengah) yang menjadi bagian Timnas Indonesia untuk mengikuti Piala AFC U-16 2020 di Bahrain. Serta Fadel Muhammad (penyerang) yang membawa Timnas Pelajar Indonesia mempertahankan gelar Gothia Cup U-16 2019 di China.
Terkhusus untuk skuat senior, PSM telah menikmati hasil pembibitannya dalam diri Rizky Eka Pratama (penyerang sayap) dan Aji Kurniawan (penyerang sayap). Dua alumni skuat U-19 tersebut menjadi andalan Pasukan Ramang sepanjang Liga 1 2019 lalu.
Tentunya, ada sosok yang paling berjasa dibalik segelintir talenta muda yang berhasil diorbitkan Akademi PSM. Dialah Muhammad Irfan Rahman, sosok yang menjadi sutradara dibalik cerahnya masa depan klub yang berdiri pada 2 November 1915 tersebut.
Belum lama ini, redaksi berita INDOSPORT berkesempatan untuk mengulik kisah hidup Irfan Rahman. Pria kelahiran Mamuju, 27 Juli 1982 ini pun bercerita panjang mulai dari karir sepakbolanya hingga akhirnya menjadi pelatih Akademi PSM Makassar.
"Dulunya saya hanya menjadi pemain sepak bola amatir di Mamuju. Tidak sampai ke level profesional, hanya kebanyakan main tarkam memperkuat satu klub ke klub amatir lain di regional Mamuju," kenang Irfan Rahman.
Setelah malang melintang sebagai pesepakbola amatir, Irfan Rahman mulai menjajaki karier sebagai pelatih sepakbola. Awalnya, ia melatih OTP 37 FC (juara Liga 3 Zona Sulbar 2017) lalu SSB Mitra Manakarra yang diakuisisi menjadi Akademi PSM.
"Saya lebih suka menjadi pelatih akademi saja ketimbang klub senior. Kenapa? ya mungkin karena saya merasa senang saja bisa melatih pemain dari usia dini. Semoga saya bisa melahirkan pemain profesional lagi setelah Maldini Pali dan Rezky Fandi yang sekarang di Persija," tutur Irfan Rahman.
Kini, Irfan yang telah mengantongi lisensi pelatih B PSSI berharap para pemain binaan Akademi PSM bisa meneruskan karirnya sampai ke level profesional. Tidak sebatas hanya bersinar pada kelompok usia saja.
"Bagi saya, dimanapun mereka berada yang penting karirnya bisa semakin matang. Kalaupun kedepannya tidak memperkuat PSM tapi karirnya bisa bagus, silahkan dan itu tidak apa-apa. Akademi PSM ini kan hanya batu loncatan bagi mereka yang ingin menjadi pemain profesional," tandas ia.