In-depth

Gazidis atau Boban, Siapa yang Seharusnya Pergi dari AC Milan?

Rabu, 4 Maret 2020 16:13 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Sempre Milan
Dua nama teratas dalam jajaran direksi Rossoneri, Zvonimir Boban (CFO) dan Ivan Gazidis (CEO), dikabarkan sedang pecah kongsi sebagai buntut silang pendapat penentuan pelatih baru. Copyright: © Sempre Milan
Dua nama teratas dalam jajaran direksi Rossoneri, Zvonimir Boban (CFO) dan Ivan Gazidis (CEO), dikabarkan sedang pecah kongsi sebagai buntut silang pendapat penentuan pelatih baru.

FOOTBALL265.COM - Dua nama teratas dalam jajaran direksi AC Milan, Zvonimir Boban dan Ivan Gazidis, dikabarkan sedang pecah kongsi. Siapa yang lebih pantas tinggalkan Rossoneri?

Badai konflik tengah mendera manajemen klub Serie A Italia, AC Milan. Dua nama teratas dalam jajaran direksi Rossoneri, Zvonimir Boban (CFO) dan Ivan Gazidis (CEO), dikabarkan sedang pecah kongsi sebagai buntut silang pendapat penentuan pelatih baru.

Dilansir dari Gazzetta dello Sport, Zvonimir Boban tengah marah besar dengan Elliott Management. Boban  dikabarkan menyerang CEO klub, Ivan Gazidis, karena melakukan langkah yang dinilai tak etis di tubuh AC Milan.

Chief Football Officer (CFO) Milan, Zvonimir Boban, dikabarkan mengecam rencana Ivan Gazidis (CEO) untuk merekrut Ralf Rangnick sebagai nakhoda anyar Rossoneri musim depan. Dilaporkan La Gazzetta dello Sport, Gazidis disebut Boban telah melakukan pergerakan sepihak dalam mendekati Rangnick. 

Boban menilai upaya Gazidis bisa mengganggu keharmonisan di tubuh AC Milan. Rencana mendatangkan Rangnick dianggap Boban tak elok lantaran AC Milan tengah fokus berjuang di bawah Stefano Pioli.  

"Membicarakan ini (pelatih baru) tidaklah baik untuk siapa pun, Bagian terburuknya adalah, hal ini terjadi pada saat penampilan tim tengah membaik dan Anda dapat melihat kerja keras Stefano Pioli," ujar Boban dalam wawancara La Gazzetta dello Sport

"Bahkan dia (Gazidis) tidak memberitahu kami dan itu hal yang tidak baik. Itu bukan cara Milan." kesal Boban. 

Kekesalan Boban dan bahkan Maldini sejatinya bisa dimengerti. Milan saat ini memang mulai menemukan pola permainan terbaik di bawah Stefano Pioli. 

Namun, jika menilik lebih jauh, sepertinya ada alasan lebih besar terkait hal ini. Pelatih asal Jerman itu memang belum meneken pra-kesepakatan dengan AC Milan, namun kedatangannya diyakini bisa 'menginvasi' area kerja Boban dan Maldini di kursi manajemen. 

Peran ganda Rangnick sebagai orang yang bertanggung jawab di area pengembangan klub dianggap bisa mengancam posisi Boban dan Maldini. 

Milan Rasa Arsenal

Suporter pun kini seperti terpecah. Sebagian besar dari mereka berdiri di belakang Boban dan Maldini karena menganggap dua orang tersebut merupakan legenda AC Milan yang mengerti kondisi klub. 

Namun, tak sedikit pula yang mendukung Ivan Gazidis karena kecewa dengan kinerja Boban dan Maldini. Ivan Gazidis didukung untuk melakukan revolusi di tubuh AC Milan dengan mendatangkan Ralf Rangnick. 

Langkah ini dianggap sebagai cara Ivan Gazidis untuk menjadikan Rossoneri untuk bisa mengikuti jejak Arsenal. Ralf Rangnick dipilih Gazidis karena dianggap memiliki kemiripan dengan Arsene Wenger. 

Arsene Wenger merupakan mantan pelatih Arsenal yang telah menangani klub berjuluk The Gunners itu selama 22 tahun. Selain menjabat sebagai pelatih, Wenger juga berperan sebagai pembimbing staf teknis Arsenal. Hal inilah yang diinginkan Gazidis ada di Milan.

Rangnick memiliki pengalaman melatih 11 klub Jerman seperti Stuttgart, Schalke 04, Red Bull Leipzig, dan lain-lain. Sehingga, sang CEO menilai bahwa dirinya bisa dibebani tugas ganda sebagai pelatih dan pembimbing teknis.

Ralf Rangnick tiba di RB Leipzig pada musim 2012-2013. Menariknya, ia datang bukan sebagai pelatih kepala, melainkan ditunjuk sebagai direktur olahraga. 

Ternyata, Rangnick juga memiliki kemampuan mumpuni sebagai seorang pencari bakat. Kejeliannya dalam mencari pemain-pemain yang tepat guna di Hoffenheim rupanya membuat Leipzig tertarik untuk menyodorinya peran sebagai direktur olahraga. 

Hasilnya, RB Leipzig yang di masa itu dikenal sebagai tim kasta bawah, mulai mencuri perhatian dengan promosi ke Bundesliga 2 pada musim 2014-2015. 

Menariknya, di musim 2015-2016 itu, RB Leipzig dilatih langsung oleh Ralf Rangnick yang turun gunung dari jabatan direktur olahraga. 

Walau menjadi pelatih kepala, Rangnick juga menjalani peran bayangan sebagai pencari bakat pemain. Leipzig pun sempat dibawanya ke peringkat ketiga Bundesliga musim 2018/19. 

Selain itu, Arsenal di tangan Ivan Gazidis juga memiliki keuangan yang sangat sehat hingga menempati 10 besar klub terkaya di dunia. 

Boban dan 'Cara Milan'

Salah satu progres signifikan yang dilakukan Boban dan kolega adalah melakukan kebijakan transfer yang menguntungkan di bursa transfer Januari lalu. 

AC Milan dikabarkan berpotensi mendapatkan surplus 30 juta euro dari penjualan sejumlah pemain seperti Krzysztof Piatek dan Suso. Milan juga dipuji banyak pihak karena berhasil mendatangkan pemain juara seperti Ibrahimovic. 

Sejak kedatangan Ibrahimovic awal Januari lalu, AC Milan cuma menderita satu kali kekalahan dari 11 laga di semua kompetisi (Serie A dan Coppa Italia). Rinciannya, AC Milan meraih enam kemenangan, empat imbang, dan satu kalah. Ibrahimovic juga menyumbang tiga gol dari delapan laga untuk AC Milan musim ini.  

Boban dan Maldini mendukung penuh karya Stefano Pioli di AC Milan. Pioli dianggap mampu menaikkan performa Milan. 

Mungkin modal terbesar yang dimiliki Boban adalah rasa cintanya yang besar terhadap AC Milan. Boban sempat dihadapkan pada pilihan sulit ketika harus meninggalkan posisi penting di FIFA untuk menerima tawaran Elliott Management. 

Namun, kecintaannya pada Milan membuatnya kembali ke San Siro. Kini, bersama Maldini mereka mulai membangun klub dengan nilai-nilai yang selama ini ada di AC Milan. 

Siapa harus pergi, Boban atau Gazidis?

Pertanyaan ini cukup berat untuk dijawab karena baik Boban maupun Gazidis memiliki peran dan kelebihannya masing-masing. 

Namun, jika melihat kondisi sepak bola modern saat ini, AC Milan harusnya membutuhkan sosok dengan pemikiran seperti Ivan Gazidis. Gazidis harus diakui memiliki pengalaman mumpuni untuk mengelola sebuah tim modern di industri sepak bola. Penunjukkan Ralf Rangnick oleh Gazidis pun dianggap tepat. 

AC Milan yang kini tengah terpuruk karena jerat Financial Fair Play membutuhkan sosok seperti Ralf Rangnick. Rangnick bisa membangkitkan sebuah tim tanpa uang belanja transfer yang besar.

Tentu hal ini sesuai dengan misi Milan untuk menghemat pengeluaran demi terhindar sanksi Financial Fair Play

Bayangkan, dengan kejelian Rangnick, Milan bisa mendapatkan talenta-talenta tersembunyi di dunia dengan harga murah. Di tangan Rangnick, pemain-pemain ini akan menjadi bintang yang bisa berkontribusi banyak untuk klub dan tentunya bernilai mahal. 

RB Leipzig merupakan contoh terbaik di mana klub dengan biaya transfer terbatas mampu dibawa bersaing ke tangga juara Bundesliga dan Liga Champions Eropa. 

Selain itu, Gazidis juga mahir dalam mengelola keuangan klub. Memiliki keuangan yang sehat seperti Arsenal tentu jadi impian AC Milan.

Hanya saja, sebagai seorang profesional, Gazidis memandang sepak bola sebagai industri semata. Hal ini dianggap bisa menghilangkan nilai-nilai dari kebesaran AC Milan. 

Arsenal selama di bawah Gazidis terbilang buruk dalam hal prestasi. Tentu keuangan yang sehat bukanlah tujuan utama AC Milan. Trofi juaralah yang harusnya jadi gong dari sebuah klub seperti I Rossoneri.