FOOTBALL265.COM - Pahitnya kekalahan Liverpool tak hanya datang usai dipecundangi Chelsea, melainkan juga gagal meraih treble winner karena tersingkir dari Piala FA. Jurgen Klopp pun ungkap biang keroknya.
Mengambil tempat di Stamford Bridge, The Reds mengalami kekalahan dua kali beruntun usai dihabisi Watford pada pekan terakhir Liga Inggris dengan skor 0-3. Tidak tanggung-tanggung, di Piala FA Liverpool kandas lawan Chelsea dengan skor 0-2.
Gol pembuka mimpi buruk Liverpool sendiri dicetak oleh Willian pada menit ke-13. Alih-alih menyalahkan kinerja Adrian selaku kiper tim naungannya, Klopp malah bersikeras yang buat timnya kalah adalah bola dan teknik pemain muda The Blues.
TOO HOT TO HANDLE 🔥#UndertheLights #CHELIV pic.twitter.com/h1E1n47oOM
— The Emirates FA Cup (@EmiratesFACup) March 3, 2020
"Pada kebobolan pertama, kami memang kehilangan bola, berapa 16, 17 meter di babak pertama? Karakteristik spesifik dari bola dan sontekan Willian membuatnya sulit dihentikan," ungkap Klopp dilansir Sport Bible.
Klopp juga tidak mengelak jika kesalahan besar memang ada pada timnya sendiri. Salah satu pemainnya, Fabinho, disebut-sebut tak mampu melakukan permainan layak ketika berada di garis belakang sehingga usaha Adrian sia-sia.
"Sebelumnya Adrian sempat melakukan penyelamatan sensasional, dia bisa menangkap bola dan melakukan serangan balik, tapi semua pemain tidaklah siap. Fabinho terkejut karena passing, kami ingin bermain seperti ini tapi malah kehilangan bola dan mereka mengakhirinya," tutupnya.
Pernyataan Klopp memang tidak sepenuhnya salah, Fabinho sempat tampil mengecewakan ketika wonderkid Chelsea, Billy Gilmour, sukses mempecundangi dirinya. Adrian pun dianggap gagal menjadi pengganti Alisson Becker usai Ross Barkley menggandakan skor bagi tim tuan rumah.
Billy Gilmour sending Fabinho back to Monaco.
— KB (@CFC_Khalz) March 3, 2020
pic.twitter.com/UFU4FeysuT
Alhasil, impian Klopp untuk meraih treble kandas sudah usai dipastikan gagal meraih Piala FA. Meski demikian, Liverpool masih berkesempatan menjuarai Liga Inggris karena memiliki torehan poin cukup jauh dari para pesaing-pesaingnya.