In-depth

Deja Vu Liverpool, Kisah Istanbul hingga Kutukan Juara Liga Champions

Kamis, 12 Maret 2020 11:41 WIB
Editor: Rafif Rahedian
© Alex Livesey - Danehouse/Getty Images
Liverpool mengalami deja vu setelah disingkirkan Atletico Madrid di babak 16 besar Liga Champions 2019/20, Kamis (12/03/20) dini hari WIB. Copyright: © Alex Livesey - Danehouse/Getty Images
Liverpool mengalami deja vu setelah disingkirkan Atletico Madrid di babak 16 besar Liga Champions 2019/20, Kamis (12/03/20) dini hari WIB.

FOOTBALL265.COMLiverpool mengalami deja vu setelah disingkirkan Atletico Madrid di babak 16 besar Liga Champions 2019/20, Kamis (12/03/20) dini hari WIB.

Bermain di depan ribuan pendukung sendiri, Liverpool justru menelan kekalahan 2-3 dari Atletico Madrid di leg kedua babak 16 besar Liga Champions.

Padahal tim tuan rumah berhasil unggul dua angka lebih dulu melalui kreasi Georginio Wijnaldum (43’) dan Roberto Firmino (94’).

Sayangnya, anak asuh Jurgen Klopp tak mampu mempertahankan keunggulan tersebut, hingga akhirnya keadaan berbalik. Atletico Madrid sukses mencetak tiga gol di babak tamabahan.

Tiga gol tersebut dihasilkan melalui dua tendangan fantastis Marcos Llorente, dan satu sontekan Alvaro Morata di penghujung pertandingan.

Hasil minor yang didapatkan Liverpool ini nyatanya cukup mengejutkan pecinta sepak bola. Mengingat, Jordan Henderson dkk. telah menampilkan penampilan ‘gila’ di Liga Inggris.

Sebelum memasuki pekan ke-28 Liga Inggris, tidak ada satupun klub yang mampu mengalahkan permainan atraktif Liverpool.

Terlebih, klub yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut berstatus sebagai juara bertahan Liga Champions. Seperti yang diketahui, Liverpool berhasil merengkuh trofi kelimanya usai menumbangkan Tottenham Hotspur di partai final.

Meski menyandang status juara bertahan, Liverpool justru tidak bisa melangkah lebih jauh di Liga Champions musim ini. Wajar, jika beberapa pihak sedikit terkejut dengan hasil tersebut.

Tersingkirnya Liverpool di babak 16 besar Liga Champions nyatanya pernah mereka alami pada musim 2005/06 silam. Saat itu mereka juga harus tersingkir saat berhadapan dengan Benfica.

Menghadapi Benfica di babak 16 besar Liga Champions 2005/06, Liverpool gagal menciptakan satupun gol. Bahkan The Reds dipaksa menyerah dalam dua leg beruntun (0-1 dan 0-2).

Padahal sebelumnya, Liverpool menjalani kisah fantastis di Istanbul. Bagi sebagian besar penikmat sepak bola, tentunya sudah tahu betul keajaiban Liverpool yang terjadi di Istanbul.

© Getty Images/Getty Images
Potret kemenangan Liverpool sebagai juara Liga Champions usai menundukan AC Milan. Getty Images/Getty Images Copyright: Getty Images/Getty ImagesPotret kemenangan Liverpool sebagai juara Liga Champions usai menundukan AC Milan. Getty Images/Getty Images

Sekedar mengingatkan kembali, saat itu Liverpool berhasil mengembalikan keadaan meski sudah tertinggal tiga gol lebih dulu dari AC Milan di partai final Liga Champions 2004/05.

Pada babak pertama, AC Milan berhasil mencetak tiga gol sekaligus melalui aksi Paolo Maldini, dan catatan brace Hernan Crespo. Namun usai turun minum, Liverpool mampu menyamakan kedudukan menjadi 3-3.

Babak kedua baru berjalan sembilan menit, Steven Gerrard memberikan sedikit harapan lewat golnya ke gawang Dida. Harapan itu semakin terbuka usai Vladimir Smicer sukses mencetak gol kedua.

Xabi Alonso akhirnya menjawab harapan suporter Liverpool, di mana gelandang asal Spanyol tersebut berhasil mencetak gol ketiga, sehingga laga harus dilanjutkan ke babak tambahan dan drama adu penalti.

AC Milan tidak beruntung dalam drama adu penalti, di mana tiga algojo mereka (Serginho, Pirlo, dan Shevchenko) gagal menyelesaikan tugasnya. Alhasil Liverpool menang 3-2 di babak adu penalti ini.

Situasi tersebut sudah cukup menjelaskan bahwa Liverpool punya kutukan tersendiri ketika berhasil menjadi juara Liga Champions. Sejak era Liga Champions, setelah Liverpool juara, mereka selalu tersingkir di babak 16 besar.