Liga Indonesia

Apa Kabar Jampi Hutahuruk? Karateka yang Banting Setir Jadi Kiper Legendaris PSMS

Minggu, 29 Maret 2020 20:29 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© dok. Jampi Hutahuruk
Nama Jamaluddin Hutahuruk sudah tak asing lagi bagi pecinta sepak bola Indonesia, lantaran ia adalah kiper legendaris PSMS Medan. Copyright: © dok. Jampi Hutahuruk
Nama Jamaluddin Hutahuruk sudah tak asing lagi bagi pecinta sepak bola Indonesia, lantaran ia adalah kiper legendaris PSMS Medan.

FOOTBALL265.COM - Nama Jamaluddin Hutahuruk atau lebih akrab disapa Jampi Hutahuruk mungkin sudah tak asing lagi bagi pecinta sepak bola Indonesia, khususnya di Sumatera Utara (Sumut). Pasalnya, ia adalah salah satu sosok dari sederet penjaga gawang hebat asal Sumut di era 1980-an.

Tercatat pria kelahiran Rantauprapat, 5 April 1957 ini tercatat pernah membela klub besar seperti PSMS Medan di Perserikatan dan Mercu Buana di Galatama. Selain itu Jampi juga cukup eksis sebagai pelatih kiper di PSMS.

Namun tahukah Anda bahwa sebelum berkecimpung di dunia si kulit bundar atau sebagai atlet sepak bola, Jampi ternyata lebih dulu menekuni karier sebagai atlet karate.

Jampi mengaku dirinya terjun sebagai karate pada tahun 1975 saat dirinya berusia sekitar 18 tahun dan sempat mencicipi berlaga di pentas akbar multi event olahraga empat tahunan, PON 1977.

"Kalau tidak salah saya mulai karate tahun '75 dan saat itu usia saya 17 atau 18 tahun gitulah, dan pernah tampil di PON '77 tapi gagal (medali). Saat itu belum ada (kategori) kelas seperti saat ini, hanya beregu," ucap Jampi mengawali ceritanya saat dihubungi awak redaksi INDOSPORT.

Setahun berselang dari PON 1977, lanjut Jampi, dirinya langsung banting setir menjadi pemain sepak bola (1978). Ia bahkan menceritakan alasan dirinya memilih sebagai kiper bukan pemain berposisi lainnya.

"Awalnya gabung klub sepak bola lokal Medan sebelum gabung PSMS pada tahun '80. Di awal PSMS itu saya sebentar dan gabung dengan Mercu Buana, Galatama selama 5 tahun dan akhirnya bubar dan gabung kembali PSMS (1985) setelah itu dan akhirnya pensiun tahun '89," lanjutnya.

"Saya pingin jadi kiper karena lihat-lihat main sepak bola dan tugas kiper cukup bebas tak seperti posisi lainnya, dapat gunakan kaki dan tangan. Gak jauh berbeda saat di karate," ungkapnya.

Sebelum menjadi legenda PSMS, Jampi lebih dulu melejit bersama Mercu Buana dan mengantarkan masuk ke Timnas senior Indonesia untuk pra kualifikasi Piala Dunia melawan Selandia Baru, meski tak main.

Jampi turut menceritakan saat masa-masa berseragam Mercu Buana dirinya pernah merumput bersama pemain tenar seperti Abdulrahman Gurning, Syahrial, Sutrisno, Badiaraja Manurung dan lainnya, serta kenangan terindahnya mengantarkan Mercu Buana peringkat ketiga Galatama.

"Saat itu murni pemain lokal tanpa pemain asing. Meski pemain asing gak ada main di Mercu Buana, tapi kami pernah dilatih oleh pelatih asing, Goerge Kirby asal Inggris," sebut Jampi.

Selain cukup sukses bersama Mercu Buana, namun Jampi juga cukup sukses tim Sumut di pentas PON. Setelah tampil di PON 1977 sebagai karateka, dirinya kembali tampil di PON edisi selanjutnya pada tahun 1981 sebagai pemain sepak bola.

"Tahun '81 tim sepak bola Sumut raih perak dan puncaknya dapat emas di PON '85. Saat itu main sama Suharto AD, Amrustian, Ponirin Meka dan lainnya. Meski saat itu Sumut tidak banyak boyong emas, tapi emas dari sepak bola sangatlah prestisius," ungkapnya.

"Setelah PON itu, saya gabung PSMS lagi tahun '85 setelah Mercu Buana bubar. Jadi saat PSMS juara Perserikatan tahun '85 itu saya belum gabung. Masih sama Mercu Buana dan tahun '89 pensiun," tutupnya.

Setelah pensiun, Jampi tidak jauh-jauh dari dunia yang telah membesarkan namanya tersebut dengan menjadi pelatih kiper bagi PSMS di periode 1994-95, awal 2000-an serta terakhir di tahun 2009-2010.