In-depth

Liverpool Tak Perlu Berang, Pembatalan Liga Inggris adalah Gagasan Terbodoh

Kamis, 2 April 2020 11:55 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Robbie Jay Barratt - AMA/Getty Images
Pertikaian Joe Gomez dengan Sterling di laga Liga Inggris Liverpool vs Manchester City, Minggu (10/11/19) Copyright: © Robbie Jay Barratt - AMA/Getty Images
Pertikaian Joe Gomez dengan Sterling di laga Liga Inggris Liverpool vs Manchester City, Minggu (10/11/19)

FOOTBALL265.COM - Faktanya, opsi pembatalan Liga Inggris musim 2019-2020 karena pandemi virus corona memang bukanlah pilihan terbaik. 

Situasi COVID-19 yang makin tak terkendali memaksa sepak bola untuk tidur panjang. Hampir semua liga-liga di Eropa harus berhenti berkompetisi termasuk lima liga elite dunia.

Liga Inggris misalnya, kompetisi terbaik di Eropa ini mengalami penundaan hingga 30 April 2020. Batas penundaan ini bisa diperpanjang tergantung situasi pandemi virus corona di dunia. 

Bahkan, wacana soal pembatalan liga turut mencuat. Berulangkali ide ini muncul ke permukaan sebagai kebijakan paling ekstrim di tengah masa krisis. 

Hal ini tentu saja mengundang pro kontra, terutama bagi tim yang paling dirugikan seperti Liverpool. Pembatalan kompetisi mengancam klub kehilangan gelar yang sejatinya hampir pasti mereka raih musim ini. 

Pihak FA dan Premier League sendiri bukan tak berembuk soal hal ini. Namun, hasil diskusi selalu mementahkan opsi pembatalan liga. 

Sebab, membatalkan gelaran liga musim ini tidaklah semudah kelihatannya. Bahkan, bisa dikatakan Liga Inggris musim 2019-2020 tidak bisa dibatalkan. 

Dimulai dari klub-klub peserta. Sampai saat ini hanya segelintir klub yang menginginkan liga dibatalkan. Itu pun klub papan bawah seperti West Ham. 

Sebagian besar klub peserta faktanya belum sepakat untuk liga dibatalkan, terutama Liverpool dan tim-tim yang besaing di zona Liga Champions. Liverpool sejatinya bisa saja mengunci juara Liga Inggris 2019-2020 cukup dengan memenangi dua laga lagi jika tak terhenti karena virus Corona.

Jika menilik aturan yang ada, pengambilan keputusan pembatalan liga musim ini membutuhkan persetujuan dari dua per tiga tim peserta. Itu artinya butuh 14 klub dari 20 tim peserta yang setuju liga dihentikan. 

Alasan klub-klub enggan mengambil opsi pembatalan liga tak lain karena potensi kerugian besar yang bakal mereka dapatkan. 

Jika sisa sembilan pertandingan tidak dimainkan, maka mereka akan kehilangan pemasukan dari hak siar TV. Jika ditotal dengan melibatkan semua lubang pemasukan, tim-tim papan atas Liga Inggris bisa merugi sampai 1,2 miliar poinds. 

Perputaran uang sebanyak itu tentu terlalu berharga untuk disia-siakan. Apalagi, secara legal, klub-klub tentu sudah bekerjasama dengan berbagai sponsor. Selain itu, Inggris juga bisa kehilangan wakilnya di Liga Champions. UEFA tentu akan menjunjung tinggi keadilan bagi liga-liga lain yang masih melanjutkan kompetisi. 

Jika seandainya kebijakan pembatalan liga harus dilakukan, maka dipastikan klub-klub bakal memperpanjang durasi pemangkasan gaji pemain. 

Tentu hal ini sangat tidak diinginkan para pemain. Pemotongan gaji 20-50 persen selama tiga bulan saja sudah dirasakan berat, apalagi diperpanjang sampai akhir tahun. 

Tak menutup kemungkinan ada pemain-pemain yang akan mempersoalkan hal ini ke meja hijau. Pasalnya, dalam kontrak tercantum wewenang pemain untuk mengajukan tuntutan hukum apabila klub melanggar perjanjian kontrak. Hal inilah yang sempat ditakutkan klub-klub Inggris. 

Hal ini bakal memancing eksodus besar-besaran dari para pemain bintang. Kemungkinan terburuknya, para pemain juga bisa ke pengadilan memutuskan kontrak tersebut dan pergi dengan berstatus bebas transfer yang mana akan merugikan klub.

Terakhir, pembatalan musim 2019-2020 bakal mempertaruhkan nama baik dari kompetisi Premier League itu sendiri. Gagalnya penyelenggara  untuk mencari solusi terbaik membuat jutaan fans di dunia akan merasakan kekecewaan mendalam. 

Ketidakadilan yang turut dirasakan klub-klub juga akan terus diingat dalam jangka waktu lama. Dalam jangka waktu tersebut, citra Liga Inggris pun juga harus tercoreng. Maka dari itu, opsi pembatalan liga musim ini sama saja dengan bunuh diri.