FOOTBALL265.COM - Pemberian gelar 'cuma-cuma' bukanlah hal asing di sepak bola dunia. Setidaknya, ada empat gelar juara 'hibah' paling terkenal di dunia.
Andai pandemi virus corona tidak ada, mungkin sudah sejak bulan lalu Liverpool sudah merasakan gelar Liga Inggris mereka yang ke-19.
Situasi COVID-19 yang makin tak terkendali memaksa sepak bola untuk tidur panjang. Hampir semua liga-liga di Eropa harus berhenti berkompetisi termasuk lima liga elite dunia.
Liga Inggris misalnya, kompetisi terbaik di Eropa ini mengalami penundaan hingga waktu yang masih belum ditentukan. Hal ini pun memancing wacana penghentian liga dan pemberian gelar 'cuma-cuma' untuk Liverpool.
Pemberian gelar 'cuma-cuma' bukanlah hal asing di sepak bola dunia. Setidaknya, ada empat gelar juara 'hibah' paling terkenal di dunia. Apa saja itu? Berikut ulasannya.
1. Inter Milan (Scudetto 2005-2006)
Sepak bola Italia dihebohkan oleh skandal calciopoli yang melibatkan sejumlah klub papan atas Serie A musim 2004-2005 dan 2005-2006. Gelar juara Juventus di dua musim itu sampai harus dicabut karena keterlibatan mereka dalam pengaturan skor pertandingan.
Juventus terlibat dalam praktik curang ini setelah petinggi mereka, Luciano Moggi, menyuap sejumlah wasit Serie A Italia. Alhasil, gelar juara mereka di musim itu pun lenyap.
Sebagai gantinya, FIGC memutuskan menghadiahi gelar juara scudetto musim 2005-2006 kepada Inter Milan, tim peringkat ketiga musim itu.
Inter dipilih lantaran AC Milan yang menjadi runner-up ternyata juga ikut terseret dalam kasus Calciopoli. Inter Milan pun mendapat gelar juara hibah musim 2005-2006 sekaligus jadi scudetto pertama mereka sejak terakhir kali pada musim 1989.
2. Chapecoense (2016)
Padahal, saat itu Chapecoense tengah dalam puncak performa dan menembus final Copa Sudamericana, kompetisi antar klub kelas dunia di Amerika Latin setelah Copa LIbertadores.
Sebagai penghormatan terbesar, klub Atletico Nacional yang menjadi calon lawan mereka di final pun memberikan gelar juara Copa Sudamericana kepada Chapecoense.
Meninggalnya hampir seluruh skuat Chapecoense memang menyisakan pertanyaan mengenai nasib final Copa Sudamericana. Dengan lapang dada, Atletico Nacional pun merelakan gelar tersebut untuk tim lawan yang tengah berduka.
Aksi solidaritas dari Atletico Nacional ini pun mendapat restu dari CONMEBOL (Federasi Sepak Bola Amerika Latin).
3. Club Brugge (2019-2020)
Club Brugge jadi klub Eropa pertama yang mendapatkan gelar juara 'cuma-cuma' di masa pandemi virus corona yang melanda Benua Biru.
Liga Belgia 2019/20 akhirnya secara resmi telah diberhentikan permanen karena pandemi virus corona. Sebagai hasil dari keputusan itu, Club Brugge dinobatkan sebagai juara baru Liga tertinggi Belgia. Sedangkan AA Gent menjadi runner-up karena selisih 15 poin di bawah Club Brugge.
4. FC Seoul (2016)
Klub raksasa Korea Selatan, Jeonbuk Hyundai, pernah terpukul ketika gelar juara K-League dan Liga Champions Asia mereka pada tahun 2016 harus dicabut oleh AFC.
Keputusan ini diambil setelah salah satu pengurus mereka ketahuan menyogok wasit pada tahun 2013. Tak cuma gelar liga dan Liga Champions saja yang dicabut, pada musim 2017 Jeonbuk harus memulai kompetisi liga dengan pengurangan sembilan angka.
Sebagai gantinya, tim runner-up K-League 2016, FC Seoul, dinobatkan sebagai juara dengan koleksi 70 poin. Jeonbuk sendiri lengser ke posisi kedua setelah disanksi pengurangan 9 poin sehingga mereka hanya mengumpulkan 67 poin
Jeonbuk juga harus didiskualifikasi dari keikutsertaannya di Liga Champions pada tahun 2017. Skandal ini sempat menghebohkan Korea dan Asia. Keputusan AFC dan KFA pun mendapat apresiasi.