FOOTBALL265.COM - PSM Makassar merupakan salah satu klub papan atas Indonesia yang dikenal selalu sukses mengorbitkan pemain asing setiap musimnya. Lalu, mari kita kembali mengenang kiprah 'Togo Connection' di klub berjuluk Pasukan Ramang ini.
Sejak PSSI melegalkan seluruh klub menggunakan servis pemain impor pada era Liga Indonesia (Ligina) edisi pertama tahun 1994, telah ribuan pesepakbola asing datang dan pergi. Mereka pun berasal dari negara yang berbeda-beda.
Sejak pertama kali menggunakan jasa pemain impor pada tahun 1994, PSM dikenal sangat berjodoh dengan pesepakbola asal Amerika Latin seperti Brazil dan Chile. Selain itu, ada juga Kamerun sebagai perwakilan dari benua kulit hitam, Afrika.
Namun, pada era Ligina edisi 2007-2008, manajemen PSM kala itu nekat mendatangkan empat pemain asing asal Togo sekaligus. Sedangkan satu pemain asing sisanya ialah penyerang asal Paraguay, Francisco Aldo Barretto Miranda yang menjadi mesin gol.
Sejak awal musim, PSM langsung diperkuat oleh dua alumni Timnas Togo U-23, yakni Ali Khaddafi dan Nomo Teh Marco. Lalu, dua pemain lain ialah Ouadja Lantame Sakibou dan Saibou Badarou baru bergabung pada jendela transfer putaran kedua Ligina 2007/08.
Pada edisi terakhir Ligina sebelum berganti nama menjadi Liga Super Indonesia, PSM mentok di fase awal setelah finish di peringkat kelima klasemen akhir wilayah timur. Pasukan Ramang gagal ke Babak 8 Besar padahal berstatus juara paruh musim wilayah timur.
Lantas bagaimana kiprah 'Togo Connection' di PSM Makassar? Berikut redaksi berita olahraga INDOSPORT rangkum untuk anda.
1. Ali Khaddafi (Gelandang Bertahan)
Nama Ali Khaddafi menjadi salah satu pemain asal Togo yang sudah tak asing lagi di telinga pencinta sepakbola Indonesia. Pasalnya, ia melanglang buana memperkuat sejumlah klub selepas kontraknya tak diperpanjang PSM Makassar.
Pesepakbola berpostur 182 cm ini datang ke PSM dengan status sebagai jebolan Timnas Togo U-23. Ali bahkan telah mencatatkan dua laga (tanpa gol) internasional bersama Timnas Togo senior sebelum mencicipi sengitnya atmosfer sepakbola Indonesia.
Selain itu, pengguna nomor punggung 5 di PSM ini pernah menjuarai Togolese Championnat National de Premiere Division (setara Liga 1) musim 2004/05. Juga Coupe du Togo (setara Piala Indonesia) 2004 bersama klub kota kelahirannya, AS Douanes.
Ali Khaddafi merupakan pemain asal Togo yang paling sukses di PSM. Ia memiliki ketenangan, umpan, dan skill yang mumpuni sebagai gelandang. Perannya yang sangat vital di lini tengah membuatnya tak tergantikan selama dua musim bersama Pasukan Ramang.
2. Nomo Teh Marco (Bek Tengah)
Nomo Teh Marco bergabung ke PSM Makassar bersamaan dengan kompatriotnya, Ali Khaddafi. Ia juga merupakan jebolan Timnas Togo U-23 sebelum datang ke Indonesia untuk mencicipi sengitnya kompetisi Ligina 2007/08.
Pesepakbola kelahiran 25 April 1985 ini menjadi duet yang sangat kokoh dengan Handi Hamzah di lini belakang. Bahkan, Nomo berhasil membawa PSM sebagai juara paruh musim dengan catatan sembilan laga nirbobol dan hanya kebobolan 13 kali.
Sayang, kebersamaan pesepakbola berpostur 186 cm di PSM hanya bertahan satu musim saja. Sikapnya yang tempramen dan sering mengoleksi kartu ditambah datangnya Ouadja Lantame Sakibou di paruh musim membuat posisi Nomo tak tertolong dari pencoretan.
3. Ouadja Lantame Sakibou (Bek Tengah/Gelandang Bertahan)
Oaudja datang ke PSM pada jendela transfer paruh musim Ligina 2007/08 untuk menggantikan slot Carlos Alberto yang dicoret. Gajinya bahkan menembus milyaran rupiah sebab diikat kontrak dengan durasi satu setengah musim.
Manajemen PSM kala itu berani memberi kontrak jangka panjang nan mahal sebab melabeli Ouadja sebagai marquee player. Pesepakbola kelahiran 28 Agustus 1977 itu merupakan pilar Timnas Togo dan berhasil meloloskan negaranya ke Piala Dunia 2006 di Jerman.
Oadja Lantame Sakibou mencatatkan 12 laga internasional dengan koleksi satu gol untuk Timnas Togo. Rekan senegara eks Arsenal dan Real Madrid, Emmanuel Adebayor, ini bahkan pernah memperkuat klub elite Polandia, Wisla Krakow sebelum hengkang ke PSM.
Namun pada separuh musim pertamanya, pesepakbola berpostur 185 cm ini gagal mengantarkan PSM menjadi juara. Bahkan menembus Babak 8 Besar pun gagal padahal saat putaran pertama sebelum ia bergabung, PSM berstatus sebagai juara paruh musim wilayah timur.
Walau gagal pada musim pertamanya, tak membuat kontrak jangka panjang Ouadja dipotong oleh PSM. Pengguna nomor punggung 32 dan 4 ini masih sempat merasakan semusim penuh berlaga di Liga Super Indonesia 2008/09 dan pada akhirnya didepak akibat performa yang makin menurun.
4. Saibou Badarou (Penyerang)
Nama terakhir ini menjadi rekrutan asal Togo yang paling gagal di PSM Makassar. Saibou Badarou bahkan menjadi public enemy bagi suporter akibat performa buruknya dan dituding sebagai penyebab kegagalan menembus Babak 8 Besar.
Saibou yang sebelum datang ke PSM sempat memperkuat klub elite Swiss, FC Sion, gagal menunjukkan ketajamannya. Pesepakbola kelahiran 20 Agustus 1984 ini bahkan hanya mampu mengemas dua gol, sama dengan torehan Leo Chitescu.
Padahal, Saibou direkrut PSM pada jendela transfer paruh musim Ligina 2007/08 sebagai pengganti Leo Chitescu yang performanya makin menurun. Leo Chitescu sendiri sempat menjadi top skor diajang turnamen pra musim, Yusuf Cup kala itu.
Kembali ke Saibou, pengguna nomor punggung 35 di PSM ini hanya bertahan separuh musim saja. Penyerang berpostur 181 cm ini pun didepak pada akhir musim Ligina 2007/08 akibat menunjukkan performa yang buruk disepanjang paruh kedua.