FOOTBALL265.COM - Persatuan Pesepak Bola Profesional Dunia (FIFPro) mengingatkan ancaman kesehatan mental yang bisa saja menyerang para pemain selama pandemi virus corona.
Di tengah wabah virus corona yang semakin masif penyebarannya, membuat nasib pesepak bola mengalami ketidakpastian, apalagi mereka yang merantau dan jauh dari keluarga.
Situasi saat ini membuat kompetisi musim ini harus ditangguhkan sementara waktu dan akan dilanjutkan kembali jika kondisi sudah mulai normal. Belum lagi, kebijakan pemotongan gaji untuk menutup kerugian klub juga menghantui pemain.
Melihat hal tersebut, Sekertaris Jenderal FIFPro, Jonas Baer Hoffmann, mengatakan bahwasannya penting untuk memerhatikan kesehatan mental para pemain sepak bola di tengah masalah yang ada.
“Kesehatan mental para pemain sepak bola harus jadi perhatian besar. Berdasarkan studi kami beberapa tahun terakhir, ada banyak ancaman kesehatan mental yang lebih besar bagi pesepak bola dibanding orang kebanyakan.
"Awalnya saja sudah seperti itu dan kini situasinya makin rumit berkali-kali lipat,” kata Sekertaris Jenderal, Jonas Baer Hoffmann.
Selain tekanan dari ketidakpastian kompetisi, pesepak bola profesional belakangan memang juga dihantui isu pemotongan gaji, yang terjadi di banyak kompetisi top dan liga-liga sepak bola nonpopuler di penjuru dunia lainnya.
“Ada banyak pemain mudah yang sendirian, jauh dari kampung halaman. Mereka tanpa dukungan keluarga dan tidak sedikit yang cuma punya kontrak berdurasi satu tahun saja,
"Ini tentu sangat membuat mereka risau. Itu semua menunpuk keresahan yang besar, apakah mereka bisa menerima pendapatan setimpal pada akhir musim nanti,” tuturnya lagi.
Berdasarkan survei FIFPro pada 2015 lalu, sebanyak 38 persen pesepak bola profesional aktif dan 35 persen yang sudah pensiun pernah menghadapi depresi berat alias masalah mental.
Oleh karena itu, FIFpro menyarankan agar pesepak bola aktif untuk tetap berhubungan dengan dunia luar melalui sosial media, menjaga kesehatan, namun tetap menjaga diri dari banyaknya informasi mengenai perkembangan Covid-19.