FOOTBALL265.COM - Mengapa klub sebesar Barcelona yang memiliki reputasi sebagai klub kaya yang kerap berbelanja bintang mahal harus memotong gaji pemainnya sampai 70 persen?
Diawali Bundesliga, liga-liga di Eropa mulai menerapkan pemotongan gaji di tengah pandemi virus Corona, tetapi kebijakan ini mendapat pertentangan dari para pemain.
Hampir semua klub-klub sepak bola setempat sedang terancam kerugian yang besar karena mandeknya kompetisi.
Sebagai salah satu klub terbesar dunia, kerugian yang didapat klub LaLiga Spanyol, Barcelona, akibat pandemi virus corona ini pun mendapat sorotan luas.
Manajemen Barcelona mengambil keputusan berani di tengah krisis dengan memotong 70 persen gaji pemain-pemainnya selama durasi tidak adanya pertandingan.
Hal ini sempat menimbulkan pertentangan dari pemain walau akhirnya semua pihak menyetujuinya. Tak cuma Barcelona, klub-klub besar lain seperti Juventus, Bayern Munchen, dan Real Madrid pun juga menetapkan kebijakan yang sama.
Hanya bedanya, ketiga klub besar tersebut menetapkan persentase pemotong gaji yang jauh lebih kecil dari Barcelona.
Real Madrid diketahui hanya memotong 10 persen gaji pemain yang bisa meningkat menjadi 20 persen. Sementara Bayern Munchen menetapkan pemotongan gaji di angka 20 persen diikuti oleh Juventus yang tak melebihi 30 persen.
Lalu pertanyaan pun muncul, mengapa klub sebesar Barcelona yang memiliki reputasi sebagai klub kaya yang kerap berbelanja pemain mahal harus memotong gaji pemainnya sampai 70 persen?
Kerugian yang Terlalu Besar
Angka itu amat besar bagi pemain, namun rupanya presiden Barcelona, Jose Maria Bartomeu, mengungkapkan bahwa angka itu masih terbilang kecil untuk menjaga kelangsungan klub. Bagaimana bisa?
Tentu saja angka sebesar itu tak datang sembarangan. Klub sudah melakukan perhitungan matang sebelum keputusan itu ditetapkan.
Rupanya angka itu diambil benar-benar untuk menutupi kerugian yang ada. Pihak klub melakuan perhitungan dari total pengeluaran dan pemasukan dan kesimpulannya pemotongan sebesar 70 persen jadi batas paling ideal. .
Sama seperti klub-klub lain Barcelona kehilangan pemasukan karena tidak adanya penjualan tiket, tidak adanya pertandingan, dan akademi yang ditutup.
"Sejak 14 Maret, kami tidak mendapatkan pemasukan. Tidak ada penjualan tiket, akademi ditutup, tidak ada pertandingan, tidak ada apa pun." ujar Bartomeu.
Besarnya pendapatan Barcelona dari hak siar televisi, serta harga tiket pertandingan ternyata menjadi bumerang bagi mereka ketika harus kehilangan lubang pemasukan.
Walau memiliki pemasukan besar, Barcelona diketahui merupakan klub sepak bola dengan angka pengeluaran gaji pemain terbesar di dunia yakni mencapai Rp8,7 triliun per tahun. Ketika sandaran pemasukan mereka itu hilang, maka goncangan yang lebih hebat pun akan dirasakan dibanding klub-klub lain.
Di samping itu, Barcelona sendiri sebetulnya bukanlah tim yang benar-benar sehat secara finansial. Blaugrana diketahui juga memiliki utang menumpuk.
Utang ini terus membengkak seiring kebiasaan mereka membeli pemain dengan harga fantastis. Pembelian Antoine Griezmann saja diketahui berasal dari utang.
Pada Oktober 2019, media Spanyol, AS, melaporkan total utang Barcelona mencapai 260,7 juta euro atau setara Rp4 triliun.
Maka tak heran, goncangan yang mereka rasakan selama beberapa bulan ini akibat pandemi corona sangat memengaruhi kondisi finansial klub.
Hal ini tak dirasakan begitu telak oleh klub rival mereka seperti Real Madrid atau Bayern Munchen. Selain gaji pemain yang tak sebesar Barca, kedua klub ini juga memiliki perencanaan finansial yang lebih bagus.
Misi Mulia
Selain itu, ternyata ada misi mulia di balik ngototnya Barcelona memotong gaji pemain mereka sampai 70 persen.
Presiden klub, Josep Maria Bartomeu, mengklaim bahwa pengorbanan besar yang dilakukan pemain adalah demi menjamin nasib ratusan karyawan yang bekerja di Barcelona.
Bartomeu menyatakan bahwa kesenjangan antara gaji pemain dengan staf klub memang sangat besar. Ia pun ingin ada semacam subsidi silang dari gaji-gaji pemain yang dipotong.
"Para pemain bakal memotong gaji bulanan mereka sebesar 70 persen dan ditambah dua persen lainnya untuk membantu pekerja non-olahraga. Barca bakal membayar sebagian gaji mereka, tapi para pemain bakal menggenapinya jadi 100 persen," ujar Bartomeu dilansir dari Sport.
Jika benar hal ini yang terjadi, maka langkah presiden Barca perlu mendapat apresiasi. Pasalnya, di Inggris sana klub Tottenham Hotspur memilih memotong 20 persen gaji 550 karyawannya ketimbang memangkas gaji para pemain.
Dengan langkah yang diambil ini, Josep Bartomeu mengklaim Barcelona bisa menghemat 16 juta euro di setiap bulan selama masa-masa darurat pandemi di Spanyol.