FOOTBALL265.COM – Naga Kuning atau Suryanaga merupakan klub sepak bola masyarakat keturunan Tionghoa yang terbilang sukses menyumbangkan pemain untuk Timnas Indonesia sejak Piala Dunia.
Sebagai bangsa multikultural, sejarah panjang sepak bola Indonesia juga diwarnai dengan cerita dari berbagai etnis dan ras yang berkecimpung di dalamnya.
Bahkan sejak era sebelum kemerdekaan, berbagai etnis yang ada di Indonesia seakan saling berlomba turut mengembangkan olahraga sepak bola di Tanah Air. Tak terkecuali masyarakat dari etnis keturunan Tionghoa atau China.
Mengikuti zaman kala itu, banyak perkumpulan olahraga dibentuk untuk menunjukan identitas masyarakat, menyalurkan hobi, sekaligus memanfaatkan momen politik etis yang sedang diterapkan pemerintah Kolonial. Masyarakat keturunan Tionghoa di Surabaya akhirnya membentuk Perkumpulan Olahraga (POR) Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa pada 31 Desember 1908.
Pada awalnya Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa memang hanya mencakup olahraga senam di dalamnya. Namun belakangan olah raga lain juga dimunculkan, salah satunya sepak bola yang mulai ada pada tahun 1915 atas prakarsa Oei Kwie Liem.
Dalam pekembangannya cabang sepak bola di Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa sangat banyak diminati masyarakat Tionghoa Surabaya kala itu. Meski beberapa masalah juga sempat mewarnai, mulai dari hampir dihapuskannya cabang sepak bola karena seringn rusuh saat pertandingan hingga lapangan latihan yang kena gusur.
Namun dengan organisasi yang baik, masalah itu akhirnya mulai berlalu, bahkan klub sepak bola masyarakat Tionghoa Surabaya itu semakin berkembang hingga akhirnya mencatatkan prestasi membanggakan.
Dalam turnamen antar klub sepak bola masyarakat Tionghoa di Indonesia yang diselenggarakan Comitee Kampioenswedstrijden Tionghoa (CKTH) atau Persatuan Sepak bola Masyrakat Tionghoa Indonesia, Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa juga punya andil mendirikannya.
Sejumlah trofi yang berhasil mereka raih seperti Piala Hoo Bie (1921-1922), Piala Tjoa Toan Hoen (1925), Piala CKTH (1927-1929), dan Piala HNVB (1930-1932).
Atas deretan prestasi tersebut, tak mengherankan jika kemudian dua nama pemain dari klub Tionghoa Surabaya turut dipanggil ke Timnas Hindia Belanda atau Dutch East Indies (NIVU). Dua pemain yang bertanding di Piala Dunia 1938. adalah Tan Mo heng dan Tan Hong Djien.
Selepas itu prestasi Tionghoa Surabaya makin mengkilap, treble winner berhasil mereka raih di tahun 1939, dengan meraih juara di kompetisi SVB, Piala HNVB, dan Java Club Kampion. Sebuah prestasi yang tak bisa disamai oleh klub dari kalangan Belanda, juga bumiputra.
Sebagai anggota Soerabajasche Voetbal Bond (SVB) sejak tahun 1919, klub Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa juga mampu menyumbangkan beberapa pemain sukses untuk klub Persebaya Surabaya.
Seperti Tee San Liong, Bhe Ing Hien, Liem Tiong Hoo hingga Januar Pribadi. Bersama seluruh pemain, mereka membuat Persebaya menjadi tim yang disegani pada 1931–1973. Mereka juga menjadi bagian sukses dari Persebaya ketika tiga kali meraih juara kompetisi perserikatan pada 1941, 1951, dan 1952.
Januar Pribadi juga menjadi salah satu pemain Persebaya yang saat itu mendapatkan panggilan Timnas Indonesia. Lalu salah satunya memperkuat Timnas Indonesia di Asian Games Kedua di Manila.
Pasca kemerdekaan Gymnastiek en Sportvereeniging Tiong Hoa sendiri sempat melakukan perubahan nama. Pada tahun 1959 menjadi Naga Kuning dan pada tahun 1966 menjadi Suryanaga hingga kini.
Sayang memang, setelah berganti nama menjadi Suryanaga pada tahun 1966, atau pasca tragedi berdarah 30 September 1965, sepak bola tak lagi menjadi minat utama masyarakat Tionghoa Surabaya. Mereka umumnya lebih memilih terlibat dalam olahraga perorangan, seperti bulutangkis atau tenis meja.
Namun sebagai klub internal bagian dari Persebaya Surabaya, Suryanaga masih rutin mengirimkan bakat-bakat unggul hingga kini ke pentas sepak bola Tanah Air, meski sebagian besar bukanlah pemain beretnis atau keturunan Tionghoa. Sebut saja bntang Timnas Indonesia Andik Vermansah, gelandang Persebaya Bayu Nugroho, hingga eks Arema Jaenal Ikhwan.
Sebagai klub, Suryanaga selain terus mengembangkan sepak bola lewat Sekolah Sepak Bola (SSB) di Surabaya, kini juga mengikuti komepetisi di bawah naugan PSSI, dimana mereka kini terlibat di kompetisi Liga 3 dengan nama Suryanaga Connection.