In-depth

Memori Ligina II: Ketika Persipura Berkilauan Tanpa Pemain Asing

Jumat, 24 April 2020 15:10 WIB
Penulis: Sudjarwo | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© repro.eu/wikipedia
Liga Indonesia musim 1995/1996 menjadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi sepak bola nasional dan mereka tanpa pemain asing. Copyright: © repro.eu/wikipedia
Liga Indonesia musim 1995/1996 menjadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi sepak bola nasional dan mereka tanpa pemain asing.

FOOTBALL265.COM - Liga Indonesia musim 1995/1996 menjadi era kedua perhelatan kompetisi divisi utama, pasca dileburnya kompetisi Perserikatan dan Galatama. Ligina II juga menjadi musim kedua Persipura Jayapura di pentas tertinggi sepak bola nasional.

Di musim itu pula skuat berjuluk Mutiara Hitam berkilauan tanpa diperkuat oleh pemain-pemain asing dengan meraih pencapaian tertinggi mereka menembus babak semifinal Liga Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

Perjalanan Persipura kala itu bak sebuah kisah dongeng. Nyaris tak diunggulkan, tapi sanggup bersaing dengan klub-klub lain yang telah menggunakan jasa pemain asing.

Terlebih, Ritham Madubun dan kolega baru saja kembali promosi dari divisi satu, dua tahun sebelumnya.

Dengan segala keterbatasan, Ritham Madubun cs mampu merusak dominasi klub-klub dari Tanah Jawa yang lebih sering berjaya di era Perserikatan dan Galatama.

Tumbangkan Juara Bertahan

Pasca menyudahi kompetisi Liga Indonesia I dengan finis di peringkat ke-9 klasemen Wilayah Timur, di musim keduanya, Persipura tampil sedikit berbeda dengan penambahan sejumlah wajah baru.

Mereka tidak lagi diperkuat oleh beberapa pemain yang mengangkat klub dari divisi satu seperti Nando Fairyo dan Aples Tecuari. Nando, yang merupakan kapten tim di musim sebelumnya, memutuskan pensiun karena lebih memilih melanjutkan kariernya sebagai karyawan PLN. Sementara Aples memutuskan hijrah ke Pelita Jaya.

Sederet pemain yang baru bergabung di antaranya Eduard Ivakdalam, Carolino Ivakdalam, dan beberapa pemain lainnya yang sebelumnya menjadi bagian skuat tim PON Papua tahun 1993, plus kehadiran penjaga gawang anyar asal Jakarta, Helconi Hermain, yang direkrut dari Persijatim.

Selebihnya, skuat Persipura masih dihiasi dengan wajah-wajah lama seperti Ritham Madubun, Chris Leo Yarangga, Zeth Rumaropen dan beberapa pemain lainnya.

Sebagai suksesor HB Samsi, manajemen Persipura di masa itu menunjuk pelatih legendaris asal Sumatera Utara, Tumpak Sihite, demi mengangkat prestasi Persipura.

Secara mengejutkan, mereka lolos ke babak 12 besar setelah menyelesaikan klasemen wilayah timur di peringkat ke-5 dari 16 tim. Mutiara Hitam sukses meraup 49 poin dari hasil 14 kemenangan.

Persipura hanya kalah 1 poin dari peringkat ke-4, Gelora Dewata dan unggul 1 poin pula dari peringkat ke-6, Putra Samarinda. Sekadar diketahui, format kompetisi kala itu meloloskan 12 tim dari 6 tim terbaik di masing-masing wilayah.

Babak 12 besar dibagi menjadi tiga grup. Ritham cs berada di Grup C bersama Persib Bandung, Mataram Indocement dan tuan rumah PSM Makassar. Fase ini hanya digelar selama 5 hari.

Persipura mengawali laga di Grup C dengan mengejutkan. Mereka menumbangkan sang juara bertahan, Persib Bandung dengan skor 1-2. Meski sempat kalah dari PSM, namun mereka berhasil memetik kemenangan telak 4-0 atas Mataram di laga terakhir.

Mutiara Hitam pun lolos ke babak semifinal dengan predikat runner up terbaik dari tiga Grup. Sekaligus, mengirim sang juara bertahan pulang lebih cepat.

3