INDOSPORT. COM - Luis Milla, eks pelatih Timnas Indonesia, mungkin saja suatu saat nanti bakal menangani klub baru Red Bull Depok. Seberapa pantaskah Luis Milla mengambil kemungkinan itu?
Beberapa waktu lalu, sepak bola Indonesia dihebohkan dengan kabar tim anyar bernama Red Bull Depok. Melalui akun Instagram @rbdepokfc, Red Bull Depok memperkenalkan diri kepada masyarakat Tanah Air.
Lebih jauh, Red Bull Depok mengklaim bakal segera jadi salah satu peserta kompetisi kasta ketiga, Liga 3. Masih menggunakan media sosial Instagram, Red Bull Depok bahkan sudah menyatakan berniat memburu pemain naturalisasi Indonesia, serta memakai Stadion Merpati sebagai markas mereka.
Sekian banyak pengumuman, Red Bull Depok tak menyebarkan nama pelatih yang akan menangani klub. Padahal mau sehebat apapun pemain yang dipunya, tanpa ada pelatih mumpuni, prestasi Red Bull Depok bukan mustahil akan biasa saja.
Tradisi Klub yang Terafiliasi dengan Red Bull
Kalau melihat dari unsur nama klub, Red Bull Depok kemungkinan terafiliasi dengan perusahaan minuman berenergi asal Austria, Red Bull. Peran perusahaan Red Bull sendiri dalam jagat sepak bola, setidaknya sudah punya dua tim raksasa Eropa, yakni Red Bull Salzburg dan RB Leipzig.
Kedua tim itu dibangun Red Bull secara serius, agar bisa berjaya di kompetisi domestik, maupun seantero Benua Biru. Tak heran, bila Red Bull pasti bakal mempekerjakan pelatih hebat, baik untuk Red Bull Salzburg maupun RB Leipzig.
Lihat saja upaya Red Bull dalam menata kekuatan RB Leipzig. Pertama kali dibeli Red Bull pada 2009, situasi tim masih bernama SSV Markranstädt dan berlaga di kasta kelima Liga Jerman.
Namun lihatlah sekarang, RB Leipzig sudah bisa berlaga di kasta tertinggi Bundesliga Jerman. RB Leipzig pertama kali menghiasi level teratas pada musim 2016/17, dan sampai saat ini disegani sebagai klub top Jerman dan Eropa.
Keseriusan Red Bull menjadikan RB Leipzig terlihat ketika 1 Juli 2012, manajemen menunjuk sosok jenius Ralf Rangnick sebagai Direktur Olahraga tim. Padahal Ralf Rangnick sebelumnya merupakan mantan pelatih kasta tertinggi Schalke, tapi akhirnya mau bekerja bersama Red Bull untuk memperbaiki kualitas RB Leipzig yang masih berjuang dari kasta bawah.
Musim 2015/16, Ralf Rangnick turun gunung menduduki kursi kepelatihan, membawa RB Leipzig mendapatkan tiket promosi, baru kemudian fokus lagi atas jabatan Direktur Olahraga. Demi meningkatkan prestasi RB Leipzig, Rangnick sempat kembali melatih lagi pada musim 2018/19, dan kini telah digantikan dengan sosok yang diyakini lebih hebat lagi, Julian Nagelsmann.
Luis Milla Melatih Red Bull Depok?
Hal yang dilakukan Red Bull kepada RB Leipzig, mungkin berlaku pula untuk Red Bull Depok nantinya. Red Bull bukan mustahil mendatangkan nama pelatih top yang mau bekerja membangun kekuatan Red Bull Depok dari kasta bawah.
Luis Milla, pelatih asal Spanyol yang pernah menangani Timnas Indonesia, mungkin jadi opsi menarik untuk dipilih. Toh, Luis Milla saat ini juga sedang menganggur, sehingga diyakini lebih mudah untuk diajak bergabung.
Secara kualitas, Luis Milla sudah kenyang akan pengalaman sepak bola level tertinggi Eropa. Semasa masih aktif merumput saja, Milla pernah membela tim-tim elite Spanyol, Barcelona, Real Madrid, hingga Valencia.
Soal karier kepelatihan, Luis Milla mungkin tergolong tipe yang sabar dalam membangun tim. Buktinya, tangan dingin Luis Milla pernah memoles anak-anak muda Timnas Spanyol U-21 sampai meraih juara Piala Eropa U-21 2011.
Kala itu, Milla membesut pemain-pemain belia Negeri Matador yang saat ini sudah menapaki karier sebagai bintang hebat dunia, seperti Juan Mata, Dani Parejo, Thiago Alcantara, Ander Herrera, Javi Martinez, Jordi Alba, David de Gea, dan lain sebagainya. Artinya, Milla sudah punya rekam jejak membesut tim dari yang bukan siapa-siapa, berubah menjadi sosok-sosok hebat ternama.
Jika melatih Red Bull Depok, Luis Milla mungkin bakal menularkan keahliannya ini. Milla berpotensi lebih mengandalkan pemain-pemain muda Tanah Air, lalu memolesnya hingga membawa Red Bull Depok berjaya di kasta tertinggi.
Karier Luis Milla pun juga sudah mengenal betul kultur sepak bola Indonesia. Sedari 2017 hingga 2018, Milla bekerja membesut Timnas Indonesia, dan banyak mendapat pujian sana-sini.
Misalnya pada gelaran Asian Games 2018, taktik Luis Milla, dipuji setinggi langit oleh legenda Timnas Indonesia, Firman Utina. Tanpa ragu Utina menyebut Milla telah berhasil membawa permainan Timnas Indonesia menjadi lebih baik, mengikuti ke arah perkembangan sepak bola modern.
"Milla membawa permainan timnas lebih modern, cara bermain Timnas lebih berkualitas, pada saat transisi menyerang ke bertahan sangat kelihatan kerja samanya," ujar Utina.
Rekam jejak bersama Timnas Indonesia, mungkin dapat pula ditularkan kepada Red Bull Depok. Milla berpotensi menjadikan Red Bull Depok sebagai tim kuat yang bermain dengan gaya sepak bola modern.
Permasalahannya tinggal satu, yakni pengalaman Milla di level klub yang tak pernah mencapai kata sukses. Membesut Al Jazira, CD Lugo, dan Real Zaragoza, Milla paling lama bisa bertahan dari jabatannya hanya 28 laga saja (bersama CD Lugo).
Sisanya, Milla cuma bisa menyentuh 10 laga untuk Al Jazira, serta 12 laga bersama Real Zaragoza. Hal itu mungkin menimbulkan keraguan bahwa Milla berpotensi menemui kegagalan lagi apabila nanti dipercaya membesut Red Bull Depok.