FOOTBALL265.COM – Pelatih Putra Sinar Giri (PSG), I Putu Gede Swi Santoso tak heran pola 3-5-2 mulai ditinggalkan. Para pemain generasi sekarang terbiasa dilatih dengan pola empat bek belakang, termasuk model Filanesia.
Pola 3-5-2 begitu melekat di tim-tim Indonesia. Dari era 90-an hingga awal 2000, pola 3-5-2 masih digunakan mayoritas tim Indonesia.
Namun sejak era Indonesia Super League (ISL) 2008, pola empat bek belakang mulai dipakai. Seakan seperti revolusi, formasi yang dulunya sering dipakai 3-5-2 kini berubah menjadi pola 4 bek.
Awalnya, pola 4-4-2 lebih digunakan. Namun, kini mulai bergeser ke 4-3-3 dan 4-2-3-1. Dua pola ini hanya membutuhkan seorang target man yang berperan sebagai tembok maupun finisher.
I Putu Gede melihat perubahan formasi yang sering dipakai tim-tim Indonesia ini merupakan hal biasa. Sepak bola memang selalu berkembang, namun, bukan berarti pola 3-5-2 tak diandalkan lagi.
"Dulu pas tren 3-5-2, orang mau pakai 4-3-3 dikira jadul. Sekarang kebalik, pakai 3-5-2 dibilang tidak modern. Saya pikir bukan masalah formasinya. Tinggal bagaimana para pemain dikenalkan pada pola itu sejak dini," ucap I Putu Gede, Minggu (26/4/20).
Pola empat bek belakang lebih dikenal para pemain sekarang. Untuk itu, pola empat bek belakang kini berkembang jadi 4-2-3-1, yang diandalkan banyak tim. Namun, I Putu Gede mengaku masih kerap memakai 3-5-2.
"Kalau di Indonesia, semua tergantung dari materi pemain. Kan kita tidak seperti tim-tim luar negeri, bisa dapat yang diinginkan. Kadang kita datang sudah terisi, jadi kita menyesuaikan dengan pemainnya," tuturnya.
Kini, I Putu Gede memimpin Putra Sinar Giri (PSG) Gresik yang akan bermain di Liga 2. Ia sering memakai pola 4-3-3 dan 3-5-2 yang menjadi andalannya tergantung kebutuhan tim dan kekuatan lawan.