In-depth

Mengingat Kuartet Mengerikan Arema Cronus di Musim 2013

Sabtu, 2 Mei 2020 15:41 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
Arema Cronus pernah membangun skuat Los Galacticos alias bertabur bintang di Indonesia Super League (ISL), dengan memiliki kuartet penyerang mengerikan bagi pertahanan tim lawan, ketika Rahmad Darmawan datang dengan gerbong Pelita Jaya pada musim 2013 silam. Copyright: © Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
Arema Cronus pernah membangun skuat Los Galacticos alias bertabur bintang di Indonesia Super League (ISL), dengan memiliki kuartet penyerang mengerikan bagi pertahanan tim lawan, ketika Rahmad Darmawan datang dengan gerbong Pelita Jaya pada musim 2013 silam.

FOOTBALL265.COM - Arema Cronus pernah membangun skuat Los Galacticos alias bertabur bintang di Indonesia Super League (ISL), dengan memiliki kuartet penyerang mengerikan bagi pertahanan tim lawan, ketika Rahmad Darmawan datang dengan gerbong Pelita Jaya pada musim 2013 silam.

Kuartet itu terdiri dari Beto Goncalves, Keith Kayamba Gumbs, Greg Nwokolo hingga Cristian Gonzales. Mereka kemudian dipertemukan dalam Jersey tim Singo Edan, setelah memegang predikat sebagai raja gol di tim masing-masing.

Kontribusi mereka pun penting, dengan menghadirkan sederet prestasi bagi Arema sepanjang 2013. Mulai membawa tim finis sebagai runner-up kompetisi ISL, hingga memenangi dua trofi juara turnamen Menpora Cup dan Inter Island Cup di tahun yang sama.

Sementara dalam hal produktivitas, transfer mereka menjadi paling ces pleng. Keempatnya  menyumbang 57 gol dari total 70 gol Arema Cronus selama menjalani ISL, alias 80 persen!

Berikut INDOSPORT merangkum profil singkat keempat penyerang subur yang pernah dimiliki Arema.

1. Alberto Goncalves Da Costa

Begitu resmi membesut Arema, Rahmad Darmawan sudah tahu apa yang harus dilakukannya di lini serang. Beto Goncalves pun didatangkan, setelah memegang predikat sebagai top skorer ISL 2011/2012 dengan 25 gol membela Persipura.

Tim Mutiara Hitam seolah menjadi rumah bagi Beto, setelah meraih beragam prestasi. Di musim perdananya, Beto meraih gelar top skorer dengan 6 gol meski hanya mengantar Persipura sebagai runner-up Copa Indonesia.

Bermain hampir satu musim secara penuh, striker Brasil berusia 39 tahun itu mengoleksi 14 gol bagi Arema Cronus di kompetisi ISL. Kumpulan gol itu hanya berselisih 1 saja dibanding Greg Nwokolo yang juga rekan setimnya.

2. Keith Kayamba Jerome Gumbs

Kayamba juga bagian dari proyeksi utama Los Galacticos pada era RD. Performa yang semakin surut bersama Sriwijaya FC, coba dibangkitkan lagi melalui Jersey tim Singo Edan.

Kejenuhan seperti tampak dari raut Kayamba, yang memang sudah identik dengan tim Laskar Wong Kito. Datang pada musim 2007, pemain kelahiran Saint Kits Nevis yang kini berusia 47 tahun itu menjalani masa-masa indah hingga berpuncak pada gelar juara ISL musim 2011/2012.

Sementara di Arema, kiprahnya kembali tajam. Meski tak sampai dua digit, namun sumbangan 9 gol tetap terasa penting dalam perjalanan Arema Cronus dalam mencapai runner-up ISL musim 2013.

3. Greg Nwokolo

Greg sudah dikenal sebagai raja gol sejak datang pada musim pertamanya di Indonesia, bersama Sriwijaya musim 2004 dari Tampines Rovers. Sempat kembali ke Singapura membela Young Lions dan Warriors, dia lalu menunjukkan tajinya di Indonesia.

Striker kelahiran Nigeria berusia 34 tahun itu berturut-turut menjadi andalan Sriwijaya FC (2004), PSIS Semarang, PSMS Medan (2006), Persis Solo (2007-2008), Persija Jakarta (2008-2011) dan Pelita Jaya (2011-2012) sebelum hadir ke Arema.

Kedatangannya pun tak lepas dari peran Rahmad Darmawan, setelah menjalani satu musim bersama Pelita Jaya. Selama di Arema, Greg memberi kontribusi 15 gol alias 20 persen dari total 70 gol tim selama menjalani kompetisi ISL.

4. Cristian Gonzales

Striker dengan panggilan karib Loco ini menjadi senjata utama Rahmad Darmawan dalam memberondong gawang lawan. Eksektasinya pun tak sia-sia, setelah Loco menjawabnya dengan 19 gol selama dia membesut Arema Cronus.

Kehadiran Loco pun membuat kepingan puzzle versi RD sangat komplit. Dia didatangkan setelah tampil moncer selama membela Persisam Putra Samarinda, meski gagal mencapai prestasi bagus.

Predikatnya sebagai raja gol juga paling menyerah ketimbang tiga rekan setimnya. Loco membabat habis gelar top skorer Liga Indonesia sejak memulai karir bersama PSM Makassar dengan 27 gol pada Liga Indonesia 2003 silam.

Kepindahannya ke Persik Kediri justru meroketkan namanya pada daftar top skorer kompetisi. Secara beruntun, Loco meraih trofi sepatu emas pada Ligina 2005 (30 gol), Ligina 2006 (32), Ligina 2007/2008 (26) dan melanjutkannya di Persib Bandung (28 gol pada ISL 2008/2009).