FOOTBALL265.COM – Marek Janota adalah salah satu pelatih sukses di sepak bola Indonesia, yang bukan hanya bisa meraih juara di Persija, namun juga menjadi legenda di Persib.
Meski sudah tak terhitung lagi berapa banyak pelatih asing yang telah datang dan pergi dari sepak bola Indonesia. Tak lebih dari separuhnya yang bisa pergi dengan meninggalkan legacy berupa prestasi dan nama yang terus melegenda, seperti yang pernah dilakukan pelatih bernama Marek Janota.
Juara Bersama Persija
Marek Janota adalah pelatih asal Polandia yang pertama kali menjejakan kakinya di Indonesia dengan memperkuat klub Persija Jakarta di kompetisi Perserikatan musim 1978/79.
Saat itu Janota tak datang ke Persija Jakarta sejak awal musim. Pria kelahiran 13 Oktober 1937 itu baru datang ke Persija Jakarta saat kompetisi Perserikatan sudah memasuki paruh kedua putaran final yang kala itu menggunakan format grup dalam kompetisi penuh (dua kali berhadapan dengan satu tim).
Ketika itu Persija yang bermain di kota sendiri (semua pertandingan dilakukan di Stadion Gelora Senayan), mereka justru tertahan di peringkat tiga saat memasuki paruh pertama putaran final Perserikatan 1978/79 itu.
Hasil dua kemenangan (vs Persiraja dan PSM Makassar), satu imbang (vs PSMS Medan) dan sekali kalah (vs Persebaya), Macan Kemayoran tertinggal dari Persebaya Surabaya sebagai pemuncak klasemen dan PSMS Medan di peringkat dua.
Hasil itulah yang kemudian membuat Marek Janota didatangkan oleh Manajer Persija Bob Hippy. Bob menugaskannya untu memperbaiki penampilan Persija Jakarta menggantikan pelatih Suwardi Arlan
Kedatangan Marek Janota ke Persija Jakarta itu langsung mendapatkan sorotan. Sebab langkah radikal langsung diamblinya dengan mencoret beberapa pemain senior Persija seperti Roni Paslah, Sudarno, dan AA Raka, Suaeb Rizal, Risdianto, hingga kapten Iswadi Idris.
Marek Janota saat itu lebih memilih untuk mengandalkan pemain muda selayaknya Marsely Tambayong, Sofyan Hadi, Junaidi Abdillah, Johanes Auri, Simson Rumapasal, Rully Nerre, dan penyerang Andi Lala.
Hasilnya terjawab, di bawah kepelatihan Marek Janota, Persija Jakarta menjadi tim yang tampil dengan disiplin tingkat tinggi. Mengandalkan pola permainan bertahan ala catenaccio Itali, Persija begitu menakutkan ketika melakukan serangan balik.
Hanya satu kekalahan kemudian mereka rasakan di putaran kedua (vs PSM Makassar)., sementara tiga lainnya berujung kemenangan, yang salah satunya tercipta dalam laga terakhir nan dramatis melawan PSMS Medan (12/01/79).
Di laga yang mau tak mau harus diakhiri dengan kemenangan andai ingin juara itu, satu gol Andi Lala akhirnya membuat Persija berpesta di Senayan. Tambahan tiga poin membuat mereka menyingkirkan PSMS Medan dari puncak klasemen dengan keunggulan selisih gol (Persija: 11 poin, selisih gol+7, PSMS: 11 poin selisih gol +6) dan keluar sebagai juara kompetisi perserikatan 1978/79.
Sukses instan meraih juara divisi utama Perserikatan bersama Persija Jakarta itu langsung mengantarkan Marek Janota ke kursi kepelatihan Timnas Indonesia pada tahun yang sama. Meski sayangnya harus berakhir cepat lantaran hasil buruk yang didapatnya di Turnamen Piala Kaisar yang berlangsung di Jepang.
Kendati demikian, kegagalan Marek Janota bersama Timnas Indonesia tak lantas namanya hilang pamor di sepak bola Tanah Air. Tak sampai setahun menganggur, dirinya langsung mendapatkan pekerjaan baru, menghadirkan kebangkitan klub asal Jawa Barat, Persib Bandung, yang kala itu sedang terpuruk. (Bersambung ke bagian kedua)