Liga Inggris

18 Tahun Silam, Mimpi Buruk Manchester City di Liga Inggris yang Telan Kekalahan 8-1

Selasa, 12 Mei 2020 21:33 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Yohanes Ishak
© Getty Images
18 Tahun Silam, Mimpi Buruk Manchester City Usai Dikalahkan 8-1 Copyright: © Getty Images
18 Tahun Silam, Mimpi Buruk Manchester City Usai Dikalahkan 8-1

FOOTBALL265.COM - Mengenang kembali kisah 18 tahun silam, saat Manchester City hadapi mimpi buruk di Liga Inggris dengan menelan kekalahan telak 8-1.

Manchester City sendiri dalam sedekade terakhir memang berhasil menjadi raja di kompetisi tertinggi Liga Inggris, terbukti sejak musim 2010 silam mereka tidak pernah terlempar dari empat besar klasemen pada akhir musim.

Bahkan tim berjuluk The Citizens tersebut telah mengumpulkan empat gelar juara Liga Inggris era Premier League sejauh ini, melampaui jumlah trofi Arsenal (tiga gelar) yang merupakan klub The Big Four di Britania Raya.

Namun meski kini menjadi salah satu raja baru di Liga Inggris, ternyata Manchester City dulu sempat merasakan masa sulit terutama di awal transisi kepemilikan klub dari tangan Thaksin Shinawatra ke Khaldoon Khalifa Al Mubarak.

Sebelum era Khaldoon Khalifa Al Mubarak dimulai, Manchester City sejatinya hanya tim papan tengah bahkan lebih sering berjuang agar terhindar dari zona degradasi ketimbang memperebutkan gelar juara.

Manchester City bahkan pernah merasakan mimpi buruk dengan menelan kekalahan telak di Liga Primer Inggris, dan tidak tanggung-tanggung hampir setengah lusin gol gawang The Citizens di robek tim lawan.

Tragedi tersebut terjadi pada musim 2007/08, Manchester City yang kala itu dibesut Sven-Goran Eriksson menerima pil pahit setelah dibantai tanpa ampun dengan skor 8-1 oleh Middlesbrough.

Kekalahan tersebut sangat mengejutkan bagi fans City, sebab jika melihat dari statistik kedua kesebelasan, Manchester City sejatinya punya peluang besar untuk bisa memenangkan laga meskipun harus memainkan pertandingan away.

Jelang pertandingan pekan ke-38 atau partai terakhir Liga Inggris 2007/08 tersebut, Manchester City berada di peringkat kesembilan dengan 55 angka sekaligus mendapat jatah tampil di UEFA Cup melalui babak kualifikasi.

Sementara Middlesbrough berada jauh dibawah mereka dengan menempati peringkat 13, hanya unggul tiga strip dari penghuni zona merah yang ditempati Reading.

Bahkan pada pertemuan pertama, Manchester City menang telak di kandang sendiri dengan skor cukup mencolok yakni 3-1. Gelandang asal Brasil, Elano menjadi bintang berkat dua golnya di laga tersebut.

Berbekal posisi yang telah nyaman di papan klasemen, membuat pelatih Manchester City saat itu, Sven-Goran Eriksson menganggap enteng pertandingan dan tidak menurunkan para pemain terbaiknya.

Imbasnya, pada 15 menit babak pertama mereka telah kebobolan lewat gol Stewart Downing. Keadaan Manchester City makin parah setelah Richard Dunne mendapat kartu merah langsung dari wasit.

Bermain dengan sepuluh orang, Manchester City berusaha sekuat tenaga menahan gempuran tim tuan rumah, babak pertama pun berakhir dengan kedudukan 2-0 setelah Afonso Alves memperbesar keunggulan menit 37'.

Mimpi buruk Manchester City terjadi di babak kedua, enam gol berhasil tercipta ke gawang mereka melalui aksi Adam Johnson, Fabio Rochemback, Jeremie Aliadiere serta dua gol Afonso Alves yang melengkapi hattricknya kala itu.

Sementara Manchester City hanya mampu membalas satu gol melalui sepakan Elano menit ke-88'. Pertandingan pun berakhir dengan skor 8-1, dan membuat Middlesbrough naik satu peringkat jelang tutup musim ke urutan 13.

Kekalahan telak Manchester City waktu itu tidak lepas dari buruknya suasana ruang ganti The Citizens, disebutkan jika para pemain Manchester City enggan bermain melawan Middlesbrough di pekan terakhir.

Alasannya, para pemain ingin mendukung status Eriksson sebagai manajer klub, lantaran banyak rumor yang menyebut jika pemilik Thaksin Shinawatra ingin mengganti pelatih asal Swedia tersebut dengan Felipe Scolari.

Tidak cuma pemain, para suporter pun ikut mendukung masa jabatan Eriksson di Manchester City. Terbukti banyak chant yang dinyanyikan untuk mendukung Eriksson meski klub mereka tengah mengalami pembantaian.

“Memang kenyataannya, tidak ada yang mau bermain. Sebelum pertandingan itu pun saya sudah dipastikan pergi dari sini. Pemilik klub tak ingin berbicara dengan saya,” ucap Eriksson dilansir planet football.

Dengan situasi ogah-ogahan tersebut, sangat terlihat jelas jika permainan Manchester City kala itu jauh dari kata baik dan tidak heran mengapa mereka bisa ditaklukkan sampai delapan gol.