In-depth

Sudah Saatnya PT LIB Dipimpin Kalangan Profesional

Kamis, 21 Mei 2020 19:34 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Muhammad Nabil/INDOSPORT
Serangkaian masalah pengelolaan termasuk pengunduran diri Cucu Somantri memunculkan tuntutan serius agar PT LIB sepenuhnya dipimpin oleh kalangan profesional. Copyright: © Muhammad Nabil/INDOSPORT
Serangkaian masalah pengelolaan termasuk pengunduran diri Cucu Somantri memunculkan tuntutan serius agar PT LIB sepenuhnya dipimpin oleh kalangan profesional.

FOOTBALL265.COM - Serangkaian masalah pengelolaan termasuk pengunduran diri Cucu Somantri memunculkan tuntutan serius agar PT LIB sepenuhnya dipimpin oleh kalangan profesional.

Di tengah nasib Liga 1 dan Liga 2 yang masih belum jelas, PT Liga Indonesia Baru (LIB) justru bersensasi dengan mengumumkan pengunduran diri empat orang petingginya. 

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) telah usai digelar, Senin (18/05/20) lalu. Hasil RUPS tersebut memunculkan keputusan pengunduran diri Cucu Somantri (direktur utama) yang diikuti oleh tiga komisaris

Pengunduran diri Cucu bukanlah agenda utama yang diharapkan oleh klub-klub peserta Liga 1. Saat ini, yang diinginkan klub-klub peserta adalah solusi atas kompetisi yang terhenti karena pandemi. 

Namun, PT LIB memilih untuk mengulangi para pendahulunya yang sering bersensasi. Tak bisa dipungkiri mundurnya sejumlah petinggi di tubuh PT LIB berkaitan erat dengan isu nepotisme yang akhir-akhir santer dibahas. 

PT LIB menjadi sorotan tajam setelah sang direktur utama, Cucu Somantri, menunjuk anaknya, Pradana Aditya Wicaksana, sebagai General Manajer PT LIB. 

© Coro Mountana/INDOSPORT
Waketum PSSI Periode 2019-2023 terpilih, Cucu Somantri saat menemui awak media. Copyright: Coro Mountana/INDOSPORTWaketum PSSI Periode 2019-2023 terpilih, Cucu Somantri saat menemui awak media.

Sejak awal penunjukkan, Cucu Somantri memang tidak sepenuhnya ideal sebagai direktur utama PT LIB. Sebab, dirinya juga menjabat sebagai wakil ketua umum PSSI periode 2019-2023. 

Namun, Cucu Somantri tak menggubris hal tersebut dan memilih merangkap jabatan sebagai dirut PT LIB sekaligus wakil ketua umum.

Di masa lalu, PT LIB memang sering menjadi sorotan. Banyak pihak menilai PT LIB kerap tak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, terbukti dari banyaknya penundaan jadwal Liga 1 dan regulasi yang berubah di tengah jalan. 

Tentu kita masih ingat betapa amburadulnya jadwal Liga 1 yang merepotkan kalender Timnas Indonesia. Masalah subdisi klub juga menjadi sorotan tajam.

Dana subsidi yang dibayarkan secara bertahap itu kerap diwarnai penunggakan (utang) yang merepotkan klub-klub peserta. 

Serangkaian masalah pengelolaan termasuk pengunduran diri Cucu Somantri pun memunculkan tuntutan serius agar PT LIB sepenuhnya dipimpin oleh kalangan profesional. 

Paham Sepak Bola dan Bisnis

Posisi dirut PT LIB yang kosong sebaiknya diberikan kepada kalangan profesional yang paham sepak bola dan segi bisnis di dalamnya. 

Jangan lagi PT LIB dipimpin oleh orang-orang yang tak memiliki latar belakang di dunia industri sepak bola atau bisnis secara umum, apalagi sampai rangkap jabatan di PSSI. 

Biarkan PT LIB dan PSSI mempunyai porsinya masing-masing dalam mengurus sepak bola nasional. Jangan sampai Liga 1 di masa depan mengalami banyak masalah karena pemimpin yang tak fokus pada tugasnya. 

Pilih sosok profesional yang mengerti bisnis karena sepak bola saat ini sudah menjadi industri. Liga 1 dan 2 harus dikemas semenarik mungkin dan tentunya menguntungkan. Hal itu merupakan tanggung jawab utama dari PT LIB. 

© Grafis: Yanto/INDOSPORT
PSSI dan PT LIB yang tak kunjung jua membahas nasib Liga 1 dan 2. Copyright: Grafis: Yanto/INDOSPORTPSSI dan PT LIB yang tak kunjung jua membahas nasib Liga 1 dan 2.

Jika pengurus PT LIB tak paham cara mengelola liga sepak bola yang menghibur dan menguntungkan, maka jangan harap industri sepak bola kita bisa maju. 

Apabila posisi strategis ini diisi oleh orang yang tepat, niscaya masalah seperti utang subsidi kepada klub-klub tidak akan terulang lagi. Bukan hanya itu saja, konflik kepentingan pun bisa ditekan. 

Jika PT LIB sudah mampu menjalankan tugasnya dengan baik, maka PSSI bisa tenang untuk fokus pembinaan pemain di usia muda, infrastruktur, tim nasional, dan lain sebagainya. Sinergi pun akan tercipta dengan sendirinya.