Kenangan Stoper PSMS Medan, M. Rifqi Kecil Saat Gunakan Uang THR

Selasa, 26 Mei 2020 14:01 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Bek tengah PSMS Medan, Muhammad Rifqi, membagikan kisahnya saat masih kecil di hari raya lebaran. Copyright: © Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Bek tengah PSMS Medan, Muhammad Rifqi, membagikan kisahnya saat masih kecil di hari raya lebaran.

FOOTBALL265.COM - Di Indonesia budaya bagi-bagi duit saat Hari Raya Idul Fitri atau lebaran juga merupakan salah satu tradisi unik yang ada di negeri ini. 

Sebab bagi-bagi uang hari raya atau THR (Tunjangan Hari Raya) itu lebih identik diberikan kepada anak-anak karena umumnya uang yang diberikan adalah uang baru atau keluaran baru dari bank.

Kenangan mendatang uang THR itu sangat umum dirasakan anak-anak di Indonesia, tak terkecuali bagi stoper PSMS Medan di Liga 2 2020, Muhammad Rifqi. Ia mengaku setiap lebaran saat kecil cukup banyak mendapat uang hari raya tersebut.

"Itu pasti dong. Biasanya udah dapat THR, dulu waktu kecil paling dihabisin buat jajan dan main ke Timezone (game center) di mall. Karena saat itulah kita bisa sepuas-puasnya main, karena kalau uang jajan sekolah gak cukup main ke sana," kenang Rifqi, kepada INDOSPORT.

Namun eks pemain Semen Padang di Liga 1 2019 ini mengaku memiliki kenangan lainnya saat menghabiskan uang hari raya tersebut, dengan cara membelanjakan untuk membeli sepatu bola yang telah lama diidam-idamkannya.

"Kalau gak salah saat itu saat aku kelas 3 SMP, pingin banget bisa beli sepatu bola yang udah lama aku sukai. Jadi saat uang THR itu terkumpul cukup, barulah saat itu bisa beli. Karena saat itu harga cukup mahal saat itu," bebernya.

Lanjut Rifqi, saat kecil itulah dirinya memiliki kepuasan batin tersendiri bisa membelanjakan uang THR dan tabungan yang dikumpulkannya untuk membeli barang yang telah ia sukai sejak lama.

"Ada kepuasan batin sendiri bisa beli barang yang inginkan sejak lama. Sebab aku jarang minta sama orang tua untuk beli sepatu bola. Paling kalau uangku kurang baru minta tambahin sama orang tua," ungkapnya.

"Sikap mandiri dan kesadaran diri sendiri aja saat itu. Karena main bola ini pilihan aku sendiri. Sebab orang tua lebih mengutamakan biaya pendidikan formal pada saat itu. Makanya sangat senanglah bisa beli barang yang telah lama kita inginkan dengan tabungan sendiri," pungkas pemain berusia 27 tahun itu.