Cerita Sukses J-League Jepang, 'Murid' Liga Indonesia yang Kini Rajai Asia
Cerita romansa Liga Jepang dan Indonesia sendiri berawal pada tahun 1991. Pada saat itu, kompetisi sepak bola Jepang masih melakukan pembenahan akibat liga mereka masih semi-profesional.
Disebutkan bahwa kompetisi Liga Jepang saat itu diikuti oleh beberapa perusahaan-perusahaan lokal, dan pemainnya berasal dari pegawai mereka sendiri. Hampir serupa dengan kompetisi Galatama di Indonesia.
Jauh sebelum bergulirnya Liga Indonesia, kompetisi sepak bola di Tanah Air terbagi menjadi dua turnamen besar yakni Liga Perserikatan dan Galatama.
Nama terakhir merupakan kompetisi semi-profesional yang diproyeksikan sebagai cikal bakal kompetisi profesional Indonesia ke depannya.
Berbeda dengan Perserikatan, kompetisi di Liga Galatama beranggotakan klub-klub baru yang pendanaannya ditopang oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta pengusaha maniak sepak bola.
Berbekal pengelolaan klub di Liga Galatama yang dianggap baik, perwakilan Jepang pun datang langsung ke Indonesia untuk mempelajari sistem serta cara kerja spesifik dari kompetisi ini.
Jepang melihat bahwa model kompetisi Galatama yang mendapat sokongan dana serta bantuan perusahaan besar merupakan sistem yang baik untuk sepak bola. Model ini pun terus mereka pertahankan hingga sekarang meski ada beberapa variasi peraturan yang ditambahkan.
Salah satu peraturan tambahan yang dibuat J-League adalah pembinaan usia muda, sehingga dana sponsor perusahaan yang masuk harus digunakan klub untuk pengembangan akademi dan tim junior mereka.
Liga profesional Jepang pun akhirnya digulirkan pertama kali pada tahun 1996. Ketika itu, Galatama sudah tak lagi ada lantaran kompetisi dilebur menjadi satu dengan Liga Perserikatan tahun 1994 silam.
Hanya butuh setahun, produk awal J-League yang sempat mencontoh Galatama langsung lahir, yakni Hidetoshi Nakata, yang bermain untuk Bellmare Hiratsuka dan menjelma sebagai The Asian Player of The Year pada tahun 1997.
Kebijakan pembinaan pemain muda oleh tiap klub juga berdampak pada Timnas Jepang, di mana sejak 1995 silam mereka tak pernah absen masuk Piala Dunia Junior dan sejak 1998 juga selalu tampil di Piala Dunia Senior.