Alasan Ini Buat Posisi Kapten Messi Berujung Petaka di Barcelona
Lionel Messi gemar berikan contoh tapi sulit diikuti oleh rekan lain
Menurut penuturan jurnalis Sportskeeda, Raj Das, Lionel Messi belum memiliki sikap yang pantas bagi seorang pemimpin lapangan. Kapten sejatinya tak hanya gemilang kala bermain, tapi juga menginspirasi pemain lain agar bangkit.
Messi memang sangat percaya diri akan kapasitasnya sebagai pemain jempolan, hanya saja akibat terlalu tinggi ekspektasi maka hasil yang didapat juga tak memuaskan. Terlihat kala saat bermain di La Albiceleste di mana ia terkesan paling menonjol.
Benar saja, bisa dilihat akan performanya yang seolah-olah menggendong keseluruhan tim sehingga sulit bersaing lawan negara lain dengan kerja sama kompak. Tak heran hingga kini Messi bersama Timnas Argentina urung menangi Piala Dunia.
Bisa dibilang karakter Messi yang terkesan pendiam serupa Andres Iniesta dan Xavi Hernandez. Akan tetapi, dua jebolan La Masia itu masih bisa sukses persembahkan Liga Champions 2015 karena punya niat untuk berubah.
Dibandingkan mengikuti dua pemain legendaris Barcelona tersebut, Messi mungkin bisa belajar kepemimpinan dari Diego Maradona. Pemain yang punya Gol Tangan Tuhan ini mampu bangkitkan Napoli selaku tim lemah di Italia 1984 lalu.
Maradona mampu membuktikan jika ia kapten mumpuni karena tergolong sukses meraih Piala Dunia bersama Argentina tepat dua tahun saat masih berada di Napoli. Sang legenda La Albiceleste ini mungkin tak punya bakat hebat seperti Messi, tapi ia sukses tutupi kekurangan itu dengan keahlian lain sebagai pemimpin.
Kesimpulan, apakah Messi kapten yang pantas?
Secara garis besar seorang Lionel Messi memang merupakan pemain yang paling hebat di dunia karena punya bakat berbeda dari lainnya. Tapi mengingat ia juga seorang manusia, tentu kualitasnya tak sempurna.
Satu-satunya permasalahan Messi saat ini ialah kelemahannya yang tak bisa memberikan motivasi kepada rekan setim lain. Terutama saat Barcelona kalah pada babak penentuan, sebut saja di Liga Champions kontra AS Roma (2018) dan Liverpool (2019).
Berbeda dengan Messi, Carles Puyol tak pernah membiarkan hal tersebut terjadi. Bahkan faktanya, ia masih menjadi salah satu kapten paling dirindukan oleh Barcelona di ruang ganti Camp Nou.
Ketika sudah ada di lapangan, Messi terkesan bisa tampil apik lewat sumbangsih gol maupun assist di tiap pertandingan LaLiga Spanyol berbeda. Tapi usaha itu nyatanya membuat para rekan tim hanya bergantung padanya.
Salah satu contoh nyatanya ialah Antoine Griezmann yang sejatinya bisa menjadi penambah amunisi besar bagi tim Catalan, kini malah tampil kurang impresif dengan 14 gol sepanjang musim.
Bukannya bisa memanfaatkan pemain baru sebagai tandem terbaik, Messi malah mengharapkan Luis Suarez karena alasan kenal lebih lama.
Messi mungkin bukan kapten tim yang bagus, tapi ia bisa merubah anggapan tersebut dengan penyesuaian agar Barcelona terhindar dari kehancuran. Dimulai dari merangkul pemain-pemain lain dan membantu perkembangan pemain baru agar sukses tak hanya di LaLiga Spanyol, melainkan kompetisi lain.