Bola Internasional

Kisah Juara Liverpool dan Arseto Solo: Bukti Kesabaran Berbuah Tinta Emas

Kamis, 2 Juli 2020 10:35 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Indra Citra Sena
© Grafis:Frmn/Football265.com
Liverpool mengukuhkan diri sebagai juara Liga Inggris 2019-2020. Kisah mereka mirip dengan salah satu klub legendaris Indonesia, Arseto Solo. Copyright: © Grafis:Frmn/Football265.com
Liverpool mengukuhkan diri sebagai juara Liga Inggris 2019-2020. Kisah mereka mirip dengan salah satu klub legendaris Indonesia, Arseto Solo.

FOOTBALL265.COM - Liverpool mengukuhkan diri sebagai juara Liga Inggris 2019-2020. Kekalahan sang rival utama, Manchester City, dari Chelsea, Jumat (26/6/20) lalu membuat mereka tak mampu lagi mengejar pasukan Jurgen Klopp di sisa kompetisi.

Belum cukup, Liverpool juga memecahkan rekor juara tercepat sepanjang sejarah Liga Inggris. Mereka memastikan gelar kampiun di pekan ke-31, atau masih menyisakan tujuh laga sekaligus memecahkan rekor Manchester United edisi 2000-2001 (sisa lima laga).

Perjuangan heroik dan ujian konsistensi Jordan Henderson dkk. bak oase di tengah padang pasir. Betapa tidak, seluruh penggemar Liverpool harus menunggu hingga 30 tahun untuk melihat tim kesayangannya kembali meraih gelar juara Liga Inggris.

Olok-olok 'next year' hingga pelesetan YNWA menjadi 'You'll Never Win Again dari penggemar klub rival, terutama Manchester United. Nirgelar juara menjadi menu yang dilahap setiap musim. 

Maklum saja, kubu Setan Merah 'menggila' di era Premier League hingga menyalip sang rival dengan 20 gelarnya. Namun Jurgen Klopp, si pria berkacamata itu, perlahan tapi pasti membangun 'mesin' tim di setiap musimnya.

Kesabaran Klopp bersama jajaran manajemen perlahan mulai mengembalikan identias permainan Liverpool. Setelah tahun lalu merengkuh gelar Liga Champions, musim ini giliran titel yang diidam-idamkan, apalagi kalau bukan trofi Liga Inggris.

Berbicara kesabaran, kisah Liverpool juga pernah dialami salah satu klub legendaris Indonesia, Arseto Solo. Penantian panjang dan jatuh bangun dijalani tim Biru Langit sebelum meraih titel tertinggi era Galatama.