Andre Schurrle dan Para Bintang yang Memilih Pensiun Dini
Marco van Basten
Setelah masa-masa suram di awal dekade 1980-an, AC Milan akhirnya kembali mengecap masa kejayaan keduanya di jaga sepak bola.
Adalah jasa trio Belanda yakni Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard, yang berjasa membawa Milan ke puncak dunia.
Di bawah asuhan pelatih terbaik Italia, Arrigo Sacchi, AC Milan berhasil mengemas 1 gelar scudetto, 2 Liga Champions, 2 Piala Super Eropa, 2 Piala Interkontintental.
Marco van Basten merupakan salah satu bintang yang paling berjasa di era The Dream Team Milan dengan torehan 90 gol dan 30 assist dari 147 laga.
Sayang, cedera lutut yang dideritanya sejak lama akhirnya harus membuatnya memutuskan pensiun dini di usia 29 tahun. Basten absen di sepanjang musim 1993-1994 di mana Milan meraih double winner di bawah Fabio Capello. Pada 1995, eks legenda Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda ini resmi memutuskan gantung sepatu.
Dani Osvaldo
Jika anda ingat, pada akhir era 2000-an dan awal 2010-an, jagat sepak bola Italia pernah dihiasi oleh nama bomber Pablo Daniel Osvaldo. Pemain potensial Italia ini pernah menjadi bagian dari klub Juventus, AS Roma, dan Espanyol.
Bahkan, di puncak kariernya, Dani Osvaldo pernah dipanggil di Timnas Italia. Namun, ketatnya kehidupan sebagai atlet membuat Dani Osvaldo tak nyaman.
Ia merasa aturan diet ketat membuatnya susah menikmati hidup. Dani Osvaldo memang pemain yang mencintai oesta pora seperti kehidupan malam, menenggak bir, merokok, dan lainnya.
Akhirnya, pada bursa transfer musim 2016-2017, ia memutuskan gantung sepatu di usia 30 tahun. Setelah itu ia sempat menjadi musisi dan vokalis sebuah band. Penampilan terbaiknya sebagai pemain mungkin adalah saat membela AS Roma di mana ia mencetak 27 gol dari 55 laga.
Hidetoshi Nakata
Jepang pernah memiliki pemain legendaris bernama Hidetoshi Nakata. Nama Nakata menjadi buah bibir kala merumput di Serie A Italia, liga terbaik dunia kala itu.
Secara khusus, ia menjadi bagian dari scudetto yang diraih AS Roma pada musim 2000-2001. Kemampuannya hebatnya sebagai gelandang membawanya berpetualang ke sejumlah tim-tim Liga Italia saat itu seperti Parma, Bologna, dan Fiorentina.
Akan tetapi, pemain yang mengawali karier Eropa di Perugia pada 1998 ini memutuskan untuk pensiun dini di usia 29 tahun. Hal terjadi saat dirinya dipinjamkan ke klub Bolton Wanderers pada 2006.
Belakangan, terungkap alasan sesungguhnya Nakata pensiun. Ia mengaku tak lagi menemukan kesenangan di sepak bola karena semua didasari pada uang/industri.
Nakata merasa klub-klub bermain untuk uang, bukan untuk kesenangan. Ia merasa klub tak lagi membuatnya merasakan sebagai keluarga besar.
David Bentley
David Bentley menjadi pemain top di akhir era 2000-an. Pemain asal Inggris ini dianggap sebagai penerus potensial kesuksesan David Beckham.
Posisinya sebagai gelandang sayap memang membuatnya di banding-bandingkan dengan Beckham. Ia bisa bermain di posisi kanan maupun kiri.
Kariernya kebanyakan dihabiskan di Blakburn Rovers di mana ia menorehkan 21 gol dan 23 assist dari 139 laga. Setelah itu ia sempat bermain di Tottenham Hotspur di mana ia menciptakan 5 gol dan 11 assist dari 62 laga.
Ia juga sempat main di Arsenal walau cuma main 9 kali. Meski pencapaiannya masih jauh di bawah Beckham, namun David Bentley tetap dipandang sebagai pemain bagus.
Namun, kebiasaan buruknya di luar lapangan yang sering bermain judi, membuat karier sepak bolanya terganggu. Tak hanya itu, ia merasa tak memiliki gairah lagi di sepak bola.
Sama seperti Marco van Basten dan Andre Schurrle, akhirnya di usia 29 tahun ia memutuskan pensiun dini dan kini menekuni dunia bisnis serta membuka restorannya sendiri.