In-depth

Usaha PSG dan Lyon dalam Penebusan Dosa Skandal Marseille 1993

Minggu, 16 Agustus 2020 13:13 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Twitter @ChampionsLeague
Neymar berhasil menyamai rekor Lionel Messi di Liga Champions Copyright: © Twitter @ChampionsLeague
Neymar berhasil menyamai rekor Lionel Messi di Liga Champions
Penebusan Dosa Skandal Marseille 1993

Liga Champions 1992-1993 terasa spesial sebab itu pertama kalinya format baru kompetisi ini diperkenalkan dari sebelumnya yang bernama Piala Champions. 

Pada Mei 1993, sejarah pun tercipta ketika Olympique de Marseille berhasil menjadi juara usai mengalahkan AC Milan di partai final. Marseille menjadi tim pertama dan terakhir yang menjuarai Liga Champions Eropa. 

Mereka memang jaya saat itu setelah di liga lokal juga dipastikan juara. Namun, kurang seminggu dari kemenangan atas Milan, Marseille dihukum turun ke divis kedua. Mereka juga dilarang mempertahankan gelar juara Liga Champions alias dilarang tampil pada musim berikutnya. Kok bisa?

Usut punya usut, ternyata Marseille terlibat skandal suap. Presiden Marseille memerintahkan general manager tim, Jean Pierre Bernes, untuk menyuap tiga pemain Valenciennes, calon lawan mereka di laga penentuan juara Ligue 1. 

Mereka melakukan suap agar dapat memastikan memenangi laga dan menjadi juara Ligue 1 serta tak ada satu pun pemain pilar yang cedera. Hal itu dilakukan agar beban pikiran pemain tak terpecah saat menghadapi AC Milan di final. 

Sebab jika tidak, maka setelah laga melawan Milan, mereka masih harus melakukan laga hidup mati dengan Paris Saint-Germain. Dan rencana busuk Marseille pun berjalan mulus. Mereka menang atas Valenciennes dan juara Ligue 1, serta mengatasi AC Milan di final untuk merebut gelar Liga Champions pertama bagi negaranya.

Namun, belum ada seminggu, skandal itu terbongkar dan Marseille pun harus dihukum berat. Mereka tidak boleh mengikuti ajang Super Cup dan Intercontinental serta tampil di musim berikutnya. Di loga lokal, mereka juga didegradasi ke kasta kedua.

Namun yang mengherankan, gelar Liga Champions milik Marseille tidak ikut dicabut. Hal ini sempat membuat AC Milan berang dan meminta gelar tersebut jatuh ke tangan mereka. 

Kini, 27 tahun berselang, dua tim asal Prancis lainnya, PSG dan Lyon, tengah berjuang memperebutkan gelar juara Liga Champions kedua yang dimiliki klub asal Prancis.

Bagi mereka yang mengingat sejarah, kelolosan fantastis PSG dan Lyon ini bagaikan sebuah penebusan dosa atas kecurangan yang dilakukan Olympique de Marseille di tahun 1993. PSG dan Lyon membuktikan, sebagai klub kuda hitam alias debutan, mereka bisa lolos tanpa perlu menggunakan cara-cara curang. 

Pamor Ligue 1 tidaklah sebergengsi LaLiga, Serie A, atau Liga Primer, namun jika Lyon atau PSG mampu menjadi juara Liga Champions musim ini, tentu ini akan menjadi pesta tersendiri bagi Prancis yang juga baru memenangi gelar Piala Dunia dua tahun lalu.