FOOTBALL265.COM – Inter Milan pertama kali menancapkan namanya di Eropa sejak berhasil menjuarai European Cup (Liga Champions) pada tahun 60’ an. Butuh hampir 30 tahun lamanya La Beneamata merasakan titel Eropa saat menjadi kampiun Piala UEFA (Liga Europa).
Dewasa ini, Inter terakhir merasakan babak final di kompetisi Eropa pada 2010 silam. Saat itu, Nerazzurri mampu menjuarai Liga Champions di bawah arahan Jose Mourinho. Tahun itu menjadi musim terbaik La Beneamata di pentas Eropa.
Namun setelahnya, Inter harus terseok-seok di kancah Eropa. Barulah pada satu dekade kemudian, atau tepatnya di musim 2019/20, Nerazzurri kembali ke partai puncak kompetisi Eropa.
Kemenangan 5-0 atas Shakhtar Donetsk membuat Inter melaju ke partai puncak Liga Europa 2019/20. Di partai puncak, La Beneamata akan menghadapi raja kompetisi kasta kedua Eropa ini, yakni Sevilla.
Setelah absen di partai puncak kompetisi Eropa untuk waktu yang lama, Inter Milan tentu akan menggila dan menggunakan spirit yang sama saat menjuarai titel Piala UEFA (Liga Europa) pada musim 1990/91.
Musim 1990/91: Penebusan Trapattoni
Pada musim 1990/91, Inter untuk pertama kalinya dalam kurun waktu hampir 20 tahun lamanya kembali ke partai final kompetisi Eropa. Hasilnya manis. Kala itu, La Beneamata mampu memenangkan Piala UEFA perdananya.
Inter harus puas bermain di Piala UEFA saat itu setelah di musim 1989/90 hanya finis di tempat ketiga Serie A Italia. Saat itu, Nerazzurri dilatih oleh pelatih kenamaan, Giovanni Trapattoni. Bisa dikatakan, pada musim tersebut perjalanan La Beneamata di berbagai kompetisi terbilang buruk.
Untuk kancah Serie A Italia, Inter hanya bisa mengumpulkan 44 poin dan kalah dari tetangganya, AC Milan dengan 49 poin dan kampiun musim tersebut, Napoli yang meraih 51 poin. Hasil ini jelas disesali Nerazzurri mengingat kekuatan mereka saat itu dan status sebagai juara bertahan di musim sebelumnya.
Lalu di kompetisi Piala Champions (Liga Champions), Inter harus menahan malu karena disingkirkan wakil Swedia, Malmo dengan agregat 2-1 di babak 32 besar. Pun di Coppa Italia. Nerazzurri hanya mampu mencapai babak grup.
Perjalanan buruk dan hanya meraih titel Supercoppa Italia di musim 1989/90 menjadi refleksi tersendiri bagi Trapattoni. Dengan skuatnya, ia yakin mampu meraih gelar prestisius di musim depan.