Kala Inter Milan Juara Piala UEFA 1997-1998: Magis Moratti dan Ronaldo
Saat didatangkan, Ronaldo Nazario de Lima memecahkan rekor transfer kala itu. Ia didatangkan Inter Milan dengan mahar 27 juta euro. Tentu harapan besar pun menyertai besarnya mahar transfernya.
Ronaldo datang dengan segudang harapan besar dari Massimo Moratti. Pengusaha asal Italia ini tentu tak mau merugi, apalagi dengan mahar yang dikeluarkan. Ekspektasi besar pun muncul pula di benak Interisti. Mau tidak mau, kali ini Nerazzurri juara usai absen mengangka piala tiga tahun lamanya.
Harapan utama Moratti sejatinya Inter meaih titel Serie A. Harapan tersebut nampak akan terwujud usai di 10 laga pertama, Inter tak pernah kalah dan mampu mengoleksi 26 poin. Modal yang berharga tentunya
Namun di pertengahan musim, inkonsistensi pun terlihat. Inter kehilangan tajinya. Sederet kekalahan membuat laju Inter mengendur. Namun dari tujuh kekalahan yang diderita di Serie A musim 1997/98, kekalahan dari Juventus lah yang sangat menyakitkan bagi Moratti.
Di hadapannya, Inter harus tumbang 0-1 dari Juventus. Kekalahan ini membuat harapan La Beneamata meraih titel Serie A gagal terwujud yang berujung perbedaan empat poin di klasemen akhir.
Secara kolektif, kegagalan menjuarai Serie A sangat menyakitkan bagi Moratti. Namun secara individu, ia bangga melihat salah satu pemain termahalnya, Ronaldo mampu menjawab ekspektasinya.
Di Serie A, Ronaldo mampu mencetak 26 gol. Hanya kalah satu gol saja dari pencetak gol terbanyak musim itu, Olivier Bierhoff (27 gol). Jika ditotal, pria asal Brasil tersebut mencatatkan rekor apik dengan menorehkan 34 gol di musim pertamanya di Inter.
Senyum Moratti kian berkembang mengetahui banyaknya uang yang ia keluarkan untuk Ronaldo membuahkan hasil. Kendati gagal di Serie A, pemain berjuluk Phenomenon tersebut mampu membawa Inter berjaya di ajang lain, yakni Piala UEFA.
Dari kaki dan kepalanya lah Inter mampu meraih titel Piala UEFA ketiganya. Sihir Ronaldo di ajang ini sejatinya telah terlihat sejak ronde pertama. Menghadapi wakil Swiss, Neuchatel Xamax, Phenomenon mampu mencetak satu gol di leg pertama yang mempermulus langkah Nerazzurri di leg kedua.
Tuahnya kemudian berlanjut di 16 besar. Kala itu satu golnya di leg kedua mampu mengangkat moral Inter yang telah tertinggal dua gol dari Strasbourg di leg pertama. Akhinya di Nerazzurri lolos ke babak selanjutnya dengan agregat 3-2.
Di babak perempat final, lagi dan lagi Ronaldo menjadi aktor kemenangan Inter. Satu golnya di leg pertama cukup untuk membantu La Beneamata lolos ke semifinal.
Kualitasnya sebagai penyerang jempolan kian ditunjukkan di babak semifinal. Inter bisa saja tersingkir dari Piala UEFA jika Ronaldo tak mencetak dua gol di leg kedua yang membuat Nerazzurri unggul gol tandang dari Spartak Moscow.
Kran Ronaldo tak terhenti cukup sampai situ. Di babak final yang hanya satu leg, Si Fenomena melengkapi kemenangan besar Inter di partai puncak atas Lazio dengan satu golnya. Kemenangan 3-0 ini cukup mengantarkan La Beneamata menjadi kampiun Piala UEFA.
Sayang Ronaldo kembali gagal memuncaki daftar top skor. Layaknya di Serie A, ia harus puas tertinggal satu gol saja dari Stephane Guivarch yang mencetak tujuh gol.
Meski begitu, jasanya terbilang cukup membawa Inter Milan berjaya di kancah Eropa. Setidaknya Sang Fenomena mampu membuat Massimo Moratti tersenyum bahagia usai mendapat titel perdananya bersama La Beneamata (yang tersayang).