FOOTBALL265.COM – Nama Kai Havertz mendadak menjadi buah bibir di bursa transfer musim panas 2020 ini. Pasalnya, Chelsea berencana memboyongnya dengan status pemain termahal sepanjang sejarah The Blues. Lalu, siapakah sosok Havertz sebenarnya?
Chelsea terus melancarkan serangannya di bursa transfer musim panas 2020 ini usai absen dalam dua edisi transfer buah dari larangan yang dibebankan FIFA pada 2019 silam.
Seakan ingin melepas dahaga setelah berpuasa satu tahun lamanya, Chelsea lantas memborong pemain-pemain anyar di 2020 ini. Sejauh ini, ada nama Hakim Ziyech, Timo Werner, Ben Chilwell, Malang Sarr, dan Thiago Silva.
Total 140 juta poundsterling (Rp2,7 triliun) telah dikeluarkan Chelsea sejauh ini. Namun dirasa belum puas, The Blues pun berencana menggelontorkan dana kembali untuk menggaet pemain lainnya.
Kali ini, nama yang ingin digaet Chelsea adalah Kai Havertz dari Bayer Leverkusen. Untuk memboyongnya, The Blues bahkan telah menyiapkan lebih dari setengah dana yang telah dikeluarkan sebelumnya, atau 72 juta poundsterling (Rp1,4 triliun).
Harga tersebut dilaporkan telah disepakati oleh Chelsea dan Leverkusen. Praktis, nama Havertz akan menjadi pemain termahal sepanjang sejarah The Blues mengalahkan Kepa Arrizabalaga yang didatangkan dengan 71,6 juta poundsterling (Rp1,3 triliun).
Pasti banyak yang bertanya-tanya, sehebat apa Havertz sampai Chelsea berani menjadikannya pemain termahal sepanjang masa klub? Apalagi di tempat lain masih ada nama Jadon Sancho yang hampir berusia sama dan terkenal tajam.
Berikut INDOSPORT rangkum rekam jejak Kai Havertz dan alasan Chelsea berani mendatangkannya dengan status pemain termahal klub.
1. Sejarah
Kai Havertz lahir dari keluarga yang menggemari sepak bola. Ia lahir di sebuah desa bernama Mariadorf yang terletak di utara Aachen. Alasan mengapa dirinya masuk ke dunia sepak bola adalah karena sang kakek.
“Kakekku adalah orang yang membawaku ke sepak bola. Dia membantuku mengambil langkah pertama (dalam karier). Tentunya ayahku dan saudaraku juga berkontribusi. Semua di keluargaku sangat tergila-gila dengan bola,” ujar Havertz.
Havertz masuk ke dunia sepak bola dengan bergabung klub Alemannia Mariadorf yang merupakan klub yang dimiliki sang kakek. Pada umur 10 tahun, ia lantas bergabung akademi klub Bundesliga 2, Alemannia Aachen.
Bersama Aachen, ia hanya bertahan satu tahun saja. Hal ini lantaran kemampuannya yang di atas rata-rata sehingga Leverkusen menariknya.
“Kai (Havertz) bermain bagi Alemmania Aachen U-12. Dia lebih muda setahun dibanding rekan dan lawannya. Saya tak ingat betul bagaimana jalannya pertandingan, tapi dia (Havertz) mencetak tiga gol saat timnya kalah 8-3 dari kami,” ujar pelatih tim muda Leverkusen, Slawoir Czarniecki.
Alhasil, pada 2010, Leverkusen menariknya dan membinanya. Progresnya sebagai pemain pun terbilang apik, di mana ia bisa membawa tim U-17 Leverkusen menjuarai liga U-17 pada 201 dengan 18 gol dari 26 pertandingan.
Setelah tampil impresif, sembilan kemudian Havertz mendapat kesempatan debut dengan tim utama saat melawan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park. Sejaksaat itu, namanya perlahan terus meroket hingga saat ini.