FOOTBALL265.COM - Tahun 2006 meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit bagi Italia. Dikatakan indah karena Negeri Spaghetti menjuarai Piala Dunia setelah mengalami paceklik trofi internasional selama 24 tahun sejak 1982.
Sebaliknya, dikatakan pahit karena Italia harus menghadapi salah satu skandal pengaturan pertandingan paling memalukan dalam sejarah sepak bola, yaitu calciopoli. Kasus ini melibatkan sederet klub tenar Serie A, termasuk sang penguasa liga, Juventus.
Pihak kepolisian menemukan bukti-bukti keterlibatan Juventus dalam skandal calciopoli. Federasi sepak bola Italia (FIGC) pada akhirnya menjatuhkan sanksi berat berupa pencopotan dua titel scudetto (2004-2005, 2005-2006) sekaligus menjebloskan Si Nyonya Tua ke Serie B.
Padahal, Juventus merupakan klub Italia yang tak pernah terdegradasi dan memegang rekor terlama berada di kasta tertinggi kompetisi (106 tahun). Nasib kian apes lantaran FIGC memastikan mereka memulai kompetisi dengan defisit 17 poin.
Juventus menjajal Serie B Italia untuk kali pertama menghadapi Rimini, 9 September 2006. Status raja Serie A rupanya tidak lantas memuluskan debut mereka di kasta kedua. Hasil imbang 1-1 menandai partisipasi perdana I Bianconeri alias Si Putih-Hitam.
Menurunkan pemain bintang mulai dari Gianluigi Buffon, Pavel Nedved, hingga Alessandro Del Piero toh tak menjamin Juventus mendulang poin penuh atas Rimini kendati sempat mempimpin terlebih dulu lewat sepakan Matteo Paro pada menit ke-60.
On This day, in 2006, Juventus made their Serie B debut in a 1-1 away draw with Rimini. pic.twitter.com/CTPlNouUJh
— Berita Juventus (@id_juventini) September 9, 2014
Namun, gawang Buffon mesti bobol berselang 15 menit kemudian akibat kesalahan bek Jean-Alain Boumsong. Pemain asal Prancis tersebut kehilangan bola di area pertahanan dan memberikan jalan bagi Adrian Ricchiuti untuk menyamakan skor.
Kedudukan 1-1 bertahan sampai bubaran. Juventus memperoleh pelajaran berharga bahwa raksasa Serie A Italia tak selalu bisa menang atas tim-tim gurem yang berasal dari kasta bawah.
“Sikap dan pendekatan tim saat melawan Rimini itu salah besar. Saya sama sekali tak melihat aura Juventus yang terbiasa mentas di Serie A selama bertahun-tahun. Kami punya kualitas, tapi tidak fokus.” cetus kiper Juventus, Gianluigi Buffon, kala itu.
Pelajaran ini juga yang membuka mata Juventus serta membuat seluruh pemain memandang serius Serie B. Hasilnya sangat baik karena mereka sukses bertengger di puncak klasemen akhir sekaligus promosi ke habitat asli, Serie A Italia.
Susunan Pemain
Rimini (4-3-3): 22-Handanovic; 2-Vitiello, 21-Peccarisi, 6-Milone, 79-Regonesi; 14-Barusso, 10-Ricchiuti, 55-Cristiano; 17-Pagano (77-Baccin 66'), 32-Matri (9-Moscardelli 75'), 27-Jeda (8-Tasso 77')
Cadangan: 1-Pugliesi, 3-Bravo, 7-Valiani, 31-Digao
Pelatih: Acori
Juventus (4-4-2): 1-Buffon; 2-Birindelli, 4-R. Kovac, 18-Boumsong, 3-Chiellini; 32-Marchionni (16-Camoranesi 78'), 19-Paro, 8-Giannichedda (9-Bojinov 63'), 11-Nedved; 10-Del Piero (20-Palladino 85'), 25-Zalayeta
Cadangan: 12-Mirante, 14-Balzaretti, 15-Marchisio, 23-Guzman
Pelatih: Deschamps (Pra)
Stadion: Romeo Neri (10.460)
Gol: Paro 60'/Ricchiuti 75'
Wasit: Saccani
Kartu Kuning: Cristiano, Ricchiuti, Barusso (R)/Zalayeta, Giannichedda, Paro, Birindelli (J)
Kartu Merah: Cristiano 69' (R)