Kurikulum Pendidikan Sir Alex Ferguson yang Hilang dari Man United
Hairdryer Treatment
Sir Alex Ferguson sempat membeberkan resep suksesnya menjadi pelatih sepak bola kelas dunia kepada akademisi Universitas Harvard. Dalam wawancara bertajuk Sir Alex Ferguson: Managing Manchester United tersebut, ia membicarakan banyak hal.
Beberapa di antaranya adalah cara menghadapi media, cara membuat para pemain senang dan termotivasi, dan yang pasti metode yang digunakannya untuk mendisplinkan anak-anak asuhnya.
Salah satunya yang paling terkenal adalah hairdryer treatment yang mengharuskannya menegur pemain dengan berteriak keras dan lantang. Hal tersebut diakui Fergie bukan metode yang bisa dilakukan setiap saat namun cukup efektif.
“Anda tidak bisa selalu berteriak, hal itu tidak akan berhasil karena tidak ada pemain yang mau dikritik seperti itu. Tapi di ruang ganti, penting untuk menunjuk kesalahan pemain dan saya langsung melakukannya,
“Setelah pertandingan, saya tidak perlu menunggu sampai hari Senin. Namun setelah itu ya sudah, saya akan beralih ke pertandingan selanjutnya, karena tidak ada gunanya mengkritik pemain seumur hidup,” ucap Sir Alex seperti diberitakan The Guardian pada tahun 2012.
Sebagai seorang pelatih, Sir Alex Ferguson juga menempatkan posisinya sebagai ayah yang tegas jika anak-anaknya berbuat salah. Hanya saja, ia tidak ingin menghancurkan mental sang anak dengan membeberkan kesalahannya ke khalayak.
“Jika mereka berulah, kami akan memberi denda tapi kami tidak mengumbarnya. Tapi jika ada yang sampai lewat dari batas saya, dia akan tamat,” tegas Fergie.
Cara lain Fergie untuk menempa mental sekaligus membentuk karakter para anak didiknya adalah membiarkan mereka menjadi dirinya sendiri.
Ketimbang susah-susah menggurui bagaimana seseorang harus bertindak, ia lebih pilih menerima pemainnya apa adanya. Jika ada kelemahan pun, mereka bisa membayarnya dengan melakukan hal-hal baik atau hebat.
Ia juga menegaskan kepada para pemain bahwa bekerja juga termasuk talenta dan mereka harus berusaha sebaik mungkin untuk tampil lebih baik dari yang lain. Hanya saja, satu hal yang tidak bisa ditoleransi Fergie, yakni perihal kedisiplinan.
“Jika mereka tidak sanggup lagi menaati kedisiplinan yang kami terapkan di United, mereka harus keluar,” ucapnya.
Meski terkesan keras, pada akhirnya metode Sir Alex Ferguson ini berbuah manis di Manchester United. Lihat saja banyak anak asuhnya saat ini tumbuh menjadi orang dewasa dan gentleman yang hebat baik di dalam maupun luar lapangan.
Sayangnya metode dan pendekatan psikologis seperti ini belum terlihat lagi di Manchester United setelah era Sir Alex Ferguson. Namun kini The Red Devils sudah memiliki sosok pelatih hebat dalam diri Ole Gunnar Solskjaer.
Pernah menjadi pemain Manchester United kelebihan Solskjaer ketimbang para pendahulunya, termasuk Jose Mourinho. Ia sudah paham filosofi klub dan bukan tidak mungkin ia bisa jadi Sir Alex Ferguson selanjutnya, tentu, dengan metode dan approach-nya sendiri.