Menakar Kecocokan Taktik Mourinho dengan Gareth Bale di Tottenham Hotspur

Sudah bukan rahasia umum jika Mourinho sering kali menghancurkan karier seorang pemain bintang jika memang tidak bermain sesuai keinginannya atau tak cocok dengannya. Ambil contoh bagaimana Iker Casillas meninggalkan Real Madrid.
Bale boleh senang bisa kembali, tetapi jika ia tidak bisa menemukan kecocokan dengan Mourinho, bukan tidak mungkin pulang ke Tottenham malah menutup kariernya secara aklamasi. Menilik dari taktik serangan balik cepat atau pola yang biasa dimainkan Mourinho, seharusnya Bale cocok.
Akan tetapi, di usianya yang sudah tak lagi muda, rasanya akan sulit melihat Bale berlari kencang sampai membuat Javier Zanetti dan Marc Bartra ingin pensiun dini. Kecepatan sudah pasti berkurang dan menjadi penyebab dirinya lebih sering di kotak penalti.
Saat masih berjaya di Real Madrid, Bale terlihat sering kali hanya menunggu bola di dalam kotak penalti karena ia punya heading bagus. Otomatis, penurunan fisik Bale akan membuatnya besar kemungkinan akan malas turun membantu pertahanan.

Dalam formasi 4-2-3-1 kesukaan Mourinho, sebagai seorang yang mengagungkan paham pragmatisme, ia selalu menuntut para pemainnya untuk rajin membantu pertahanan. Soalnya bagi Mourinho, ia lebih baik menang 1-0 daripada harus susah payah menang 4-3.
Otomatis dalam paradigma pikiran Mourinho, ia akan lebih menyukai pemain yang tidak malas turun ke pertahanan. Mempunyai Son Heung-min yang jarang turun saja sudah membuat kapten Hugo Lloris pusing kepala.
Apalagi nanti di sisi sayap berikutnya ada Bale yang sama malasnya dengan Son Heung-min untuk turun ke belakang. Tentu ini akan menjadi bencana bagi Mourinho karena ia tak bisa menemukan keseimbangan dalam timnya.
Lantas bagaimana solusinya? Pertama bisa saja Bale selama masa pemulihan ini sedang mencoba meningkatkan kekuatan fisiknya setelah jarang main di Real Madrid. Jadi Bale diharapkan dapat lebih sering turun ke belakang.

Solusi lain juga bisa dengan bermain dengan formasi lain seperti 4-3-3 di mana dua penyerang sayapnya jelas-jelas sudah ada di depan. Hanya saja Mourinho sangat jarang bermain dengan pakem ini.
Sesungguhnya jika melihat beberapa pertandingan Tottenham Hotspur ke belakang, sepertinya Mourinho sudah mulai menemukan solusinya. Terlihat jelas bagaimana striker tunggal, Harry Kane sekarang malah lebih sering turun ke bawah.
Meninggalkan duet sayap Son Heung-min dan Lucas Moura di depan. Ini juga yang menjadi alasan mengapa Kane bisa mencetak 5 assists dalam 2 laga terakhir.
Kane di sini bermain layaknya seperti Roberto Firmino dengan menjaga kedalaman membiarkan Moura dan Son berada di depannya. Jadi jika Bale nanti bermain menggantikan Moura, Mourinho tak perlu khawatir dengan keseimbangan tim lagi.
Jadi pada akhirnya Bale dan Mourinho bisa menjadi kombinasi mematikan di Tottenham Hotspur. Asalkan, Bale mau rajin turun naik, Mourinho menyesuaikan formasi, atau Kane dikorbankan bermain lebih bertahan layaknya Firmino.