FOOTBALL265.COM - Dalam perjalanan sejarah sepak bola Papua dan Persipura Jayapura, nama Chris Leo Yarangga menjadi salah satu yang tak terlupakan. Ia pernah menjadi andalan Persipura di era 80-an akhir hingga 90-an akhir. Performa apiknya di atas rumput hijau membuatnya masuk dalam daftar skuat PSSI Primavera. Lalu, bagaimana kabarnya sekarang?
Chris Leo Yarangga merupakan salah satu pemain yang turut berjasa dalam sejarah klub Persipura walaupun tak pernah mempersembahkan gelar juara kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia.
Chris mulai mengawali kariernya di Persipura sejak masih duduk di bangku SMA atau di tahun 80-an. Ia adalah salah satu produk PPLP Diklat Papua angkatan pertama tahun 1986 bersama Ritham Madubun dan Fernando Fairyo cs.
Bersama tim PPLP Papua generasi pertama itulah, Chris bersama beberapa rekannya mulai memperkuat Persipura ketika tim kebanggaan masyarakat Papua itu terdegradasi ke kasta kedua hingga akhirnya ia bersama rekan-rekannya berhasil membawa Persipura promosi ke kasta teratas 1993/1994 usai lebih dulu mempersembahkan medali emas PON XIII 1993 di Jakarta.
"Saya sudah memperkuat Persipura dari saya masih duduk di bangku SMA. Sebelum membawa Persipura promosi ke divisi utama, saya bahkan sudah main ketika Persipura masih berlaga di kompetisi perserikatan," ujar Chris Yarangga kepada awak media olahraga INDOSPORT, Rabu (07/10/20).
Pemain yang identik dengan nomor punggung 8 ini menghabiskan karier sepak bolanya hanya di satu klub saja, yakni Persipura. Chris akhirnya memutuskan pensiun di tahun 2003 karena menderita cedera lutut serius.
"Saya tidak pernah keluar ke klub manapun, hanya di Persipura saja. Saya memutuskan gantung sepatu tahun 2003, kala itu pas kena cedera lutut dan terpaksa saya mundur," ungkapnya.
Jadi Bagian PSSI Primavera
Ketika federasi sepak bola Indonesia (PSSI) memprogramkan proyek ambisius bernama Primavera yang berbasis di Italia, Chris Leo Yarangga menjadi salah satu bagian di dalamnya. Legenda hidup Persipura asal Biak ini masuk ke dalam skuat Primavera tahap kedua tahun 1994.
Ia diboyong oleh pelatih kepala asal Italia, Romano Matte dan asisten Danurwindo bersama beberapa pemain lainnya ke kamp pemusatan latihan di Kota Tavarone, Italia kala itu. Dari Papua, Chris terpilih bersama beberapa rekannya seperti Aples Tecuari dan Alexander Pulalo.
Di Tavarone, Chris bersama skuat Primavera ditempa selama satu tahun menjelang Piala Asia dan event Olimpiade.
"Dulu saya pernah masuk di Primavera, sekitar satu tahun lebih. Waktu itu kita dipersiapkan untuk kualifikasi olimpiade. TC kita waktu itu di Kota Tavarone, Italia," kenang Chris.
Ketika memperkuat PSSI Primavera, Chris mengaku seangkatan dengan pemain-pemain tenar di era 90-an seperti Bima Sakti, Yeyen Tumena, dan Kurniawan Dwi Yulianto.
"Saya seangkatan dengan mereka, sama ada beberapa teman dari Papua seperti Aples dan Alex. Tapi dari Persipura waktu itu saya sendiri, karena Aples dan Alex main di Pulau Jawa," terangnya.
Sayang, Chris dan rekan-rekannya gagal mempersembahkan prestasi di Piala Asia 1994 dan juga gagal di Kualifikasi Olimpiade 1996 menghadapi Korea Selatan.
Kerja Sambil Melatih
Legenda Persipura dari generasi 86 ini kini tengah menghabiskan waktunya dengan berprofesi sebagai karyawan Bank Papua. Sama seperti rekannya sesama eks pemain Persipura, Ronny Wabia.
Meski disibukkan dengan pekerjaannya, Chris masih menyempatkan diri untuk membina dan melatih pesepakbola muda di Sekolah Sepakbola (SSB) binaannya, SSB Nafri.
Awalnya, Chris dibantu oleh Ridwan Bauw (asisten pelatih Persipura) dan Abdul Manaf (eks pelatih Persipura U-19). Namun, dua sosok tersebut kini tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sehingga atas inisiatif sendiri, Chris memutuskan untuk melanjutkan pembinaan dan pelatihan bagi para anak didiknya.
Berapa waktu lalu, Chris baru saja mengantarkan SSB Nafri merebut juara III turnamen usia dini, Pangdam XVII Cenderawasih Cup.
"Sudah lama dan sampai sekarang saya masih melatih di SSB Nafri untuk mendampingi anak-anak di turnamen sepak bola usia dini, karena sudah berapa tahun ini pelatih kita tidak bisa mendampingi lagi, Ridwan juga sudah di Persipura dan Pak Abdul Manaf juga sibuk jadi kadang saya yang bina dan dampingi tim ini sendiri. Yang penting anak-anak punya motivasi," ujarnya.
"Saya lakukan pekerjaan ini sambil menekuni profesi sebagai karyawan di Bank Papua, kalau hari Sabtu saya pulang kerja cepat saya langsung melatih anak-anak," sambungnya.
Chris bahkan sempat menjabat sebagai asisten pelatih Persipura di tahun 2014 silam. Lalu kariernya berlanjut dengan menukangi tim sepak bola PON Papua di Jawa Barat, tahun 2016.
Chris Leo Yarangga memang tak pernah mengantarkan Persipura juara di kompetisi kasta tertinggi, tapi namanya masih terus dikenang hingga saat ini. Chris menjadi salah satu andalan tim Mutiara Hitam saat awal mereka berjuang di lapangan hijau tanpa dibantu pemain asing.