FOOTBALL265.COM – Tak kunjung tampil baik di Inter Milan, Christian Eriksen pun santer disebut bakal didepak. Bintang Denmark ini memang bernasib buruk sejak awal kedatangannya.
Nama Christian Eriksen menjadi salah satu kejutan di bursa transfer Januari 2020 lalu. Bintang Denmark itu meninggalkan Tottenham Hotspur dan bergabung ke Inter Milan dengan banderol 20 juta euro (Rp337 miliar).
Namun hingga saat ini Eriksen terbilang gagal menunjukkan performa terbaiknya. Ia pun mulai santer disebut bakal dijual oleh pelatih Antonio Conte pada bursa transfer Januari nanti, hanya setahun setelah kedatangannya.
Menurunnya performa bintang 28 tahun itu pun menimbulkan pertanyaan. Pasalnya, enam setengah musim bermain untuk Tottenham, Eriksen menjadi sosok penting The Lilywhites. Terbukti, ia mencetak 69 gol dan 89 assist dari 305 pertandingan di semua kompetisi, meski gagal menghadirkan trofi.
Di sisi lain, hingga saat ini Eriksen telah tampil 34 kali bersama Inter Milan di semua kompetisi. Meski demikian, ia hanya 11 kali menjadi starter di Serie A Italia. Tak cuma itu, ia pun baru berhasil menyumbangkan 4 gol dan 3 assist di semua kompetisi, yang semuanya dicetak pada musim lalu.
Berbagai hal pun disinyalir menjadi penyebab buruknya penampilan Eriksen di tim asuhan Antonio Conte itu. Menariknya, beberapa alasan di antaranya bahkan sudah diawali sejak sebelum kedatangannya.
Di musim terakhirnya bersama Tottenham, Eriksen sejatinya sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Tak seperti dirinya sebelumnya yang terbilang aktif bergerak dan menekan lawan saat tak menguasai bola, mantan pemain Ajax itu terlihat lambat dan malas.
Hal ini diduga terkait dengan keinginannya untuk pindah yang sudah diutarakan usai kekalahan dari Liverpool di final Liga Champions 2018/2019. Tak rela kehilangan sang gelandang secara gratis, The Lilywhites pun akhirnya menjualnya ke Inter Milan, hanya enam bulan sebelum kontraknya berakhir.
Namun, kepindahan di tengah musim terbukti kerap menyulitkan pemain karena minimnya waktu beradaptasi. Situasi pun semakin sulit bagi Eriksen karena ia pindah ke liga berbeda yang terkenal lebih taktis, dengan bahasa yang berbeda pula.
Situasi semakin buruk bagi Eriksen dengan adanya periode lockdown akibat pandemi corona. Karena belum punya tempat tinggal, ia terpaksa tinggal di pusat latihan Inter Milan selama beberapa pekan, yang semakin membuatnya sulit beradaptasi secara mental di kota yang baru.
Di sisi lain, pola permainan Inter Milan di bawah Antonio Conte sejatinya tak mengharuskan Eriksen tampil menekan seperti Tottenham ketika bersama Mauricio Pochettino.
Dalam sistem Conte, seorang gelandang serang diminta bergerak cepat saat peralihan bola, dengan lebih banyak menerapkan umpan satu-dua dan mendorong tim ke depan, seperti yang ditunjukan Nicolo Barella dan Stefano Sensi.
Namun, penurunan performa sejak di Tottenham dan minimnya adaptasi membuat Eriksen gagal memenuhi tuntutan Conte. Ia kembali terlihat lambat dan bahkan statis, sehingga dinilai tidak cocok dengan kebutuhan sang pelatih.
Di sisi lain, musim kedua Eriksen di Inter Milan ini diwarnai besarnya tekanan terhadap Antonio Conte untuk meraih gelar scudetto Serie A Italia. Akibatnya, sang pelatih pun kini lebih memilih pemain yang ia tahu bisa diandalkan alih-alih mereka yang masih harus beradaptasi.
Kedatangan pemain veteran seperti Matteo Darmian, Arturo Vidal, dan Aleksandar Kolarov yang punya pengalaman bermain di Serie A Italia pun menunjukkan kecenderungan tersebut.
Akibatnya, potensi bermain Eriksen di skuat asuhan Conte pun makin menipis. Dengan situasi ini, mungkin memang sudah saatnya sang gelandang meninggalkan Giuseppe Meazza di bursa transfer berikutnya. Apalagi, Inter Milan pun dilaporkan bersedia menjual murah Eriksen demi menarik klub peminat.
Apa yang terjadi dengan Christian Eriksen di Inter Milan memang patut disayangkan. Namun, sang gelandang memang sudah tidak berjodoh dengan Nerazzurri sejak awal kepindahannya.