Belajar dari Ralph Hasenhuttl, The Alpine Klopp yang Sukses Menyulap Southampton
Sebenarnya harus diakui jika Southampton tak semengerikan RB Leipzig, bisa jadi hal itu dikarenakan materi pemain Soton yang tak terlalu memadai. Bagaimana tidak, ada banyak sekali pemain buangan yang berkumpul di Southamton.
Sebut saja Ryan Bertrand dan Oriol Romeu (Chelsea), Kyle Walker-Peters (Tottenham Hotspur), Theo Walcott (Everton dan Arsenal), serta terakhir ada Danny Ings yang dibuang Liverpool. Namun menariknya, Hasenhuttl bisa memanfaatkan mereka semua.
Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa Southampton tak bermain seketat RB Leipzig. Akan tetapi pelan-pelan sejak masuk 2018 lalu, Hasenhuttl mencoba untuk meningkatkan kualitas pemainnya.
Setelah kualitas pemainnya terangkat, barulah ia memasukan filosofi permainan yang mirip dengan Jurgen Klopp ke pemain Southampton. Oleh karena itu saat baru masuk ke Southampton, Hasenhuttl tak memaksakan untuk bermain dalam skema andalannya, 4-2-2-2.
Awalnya, Hasenhuttl membuat Southampton bermain dengan formasi 3-5-2. Baru setelah para pemain buangan macam Danny Ings seperti terlahir kembali, Southampton jadi main dengan 4-2-2-2, hasilnya kini di puncak klasemen.
Bangkit dari Kekalahan 0-9
Padahal jika tarik mundur ke awal musim lalu, Southampton sempat mengalami tragedi horor. Pasalnya, mereka sebenarnya sempat dibantai dengan sangat tidak sopan oleh Leicester City dengan skor 0-9 di kandang sendiri.
Jujur saja waktu itu, permintaan agar Hasenhuttl segera dipecat begitu kencang, tetapi manajemen tetap membela The Alpine Klopp. Padahal sangat jarang sekali ada pelatih yang bisa bangkit setelah kalah menyakitkan 0-9.
Namun Hasenhuttl berbeda, ia mencoba bangkit dan membangun mental para pemain Southampton. Hasilnya terlihat sekarang dengan rekor 6 laga terakhir belum pernah kalah yang membuat Southampton di puncak.
Memang, sebenarnya di awal kemunculan Hasenhuttl ke Southampton sudah membawa angin segar bagi klub. Soalnya 2 musim lalu, Hasenhuttl berhasil membawa Southampton jadi klub pertama yang mengalahkan Arsenal saat itu.
Pada akhirnya, kita bisa belajar dari Hasenhuttl untuk tidak mudah menyerah dan percaya dengan apa yang selama ini diyakini (pola 4-2-2-2 dan pressing ketat). Niscaya tim dengan materi pemain buangan seperti Southampton pun bisa dibawanya terbang ke puncak klasemen Liga Inggris.