FOOTBALL265.COM - Setelah bergulat dengan nasib tak menentu, akhirnya Mesut Ozil tunjukkan langkah selanjutnya dengan gabung tim asal Turki, Fenerbahce. Kepergiannya justru jadi bukti kegagalan raksasa Liga Inggris, Arsenal.
Jauh sebelum ditukangi Mikel Arteta, Arsene Wenger selaku pelatih Meriam London membawa kabar gembira dengan menebus eks gelandang Timnas Jerman itu dengan harga 50 juta euro (Rp854 miliar) pada 2013 lalu. Tentu ini jadi kabar menggegerkan.
Maklum saja, Mesut Ozil termasuk jajaran pemain unggulan Real Madrid pada masanya sekaligus membantu Timnas Jerman raih Piala Dunia 2014. Berbagai fans pun datang berbondong-bondong ke Emirates Stadium, menandakan era baru The Gunners.
Sebagai playmaker andal, gelandang ini sangat piawai di lini tengah dengan umpan-umpan silangnya hingga mampu membuat Wenger begitu terpana. Mengutip laman Forbes, jika saja status 'Invincible' masih ada, Ozil bakal jadi kunci utama.
Sayangnya, setelah pelatih berjulukan The Professor pensiun, peran serta sang bintang ini justru sirna. Baik Unai Emery dan Arteta ogah gunakan jasanya meski diganjar gaji 350 ribu poundsterlin (Rp6,7 miliar) per-pekan.
Kejamnya, sepanjang musim ini Ozil tak diperkenankan untuk masuk skuat utama baik di Liga Inggris maupun pentas Eropa. Hingga dicap sebagai pemakan gaji buta, ia pun kini kabarnya sudah sepakat dengan Fenerbahce.
Forbes menambahkan, tak ada rasa hormat kepada pemain tengah yang juga berasal dari Turki itu membuktikan betapa buruknya kualitas Arsenal. Bagaimana tidak? Arteta seharusnya sadar diri betapa butuhnya dia pemain yang bisa perkuat pertahanan.
Sebagaimana diketahui, andalkan pemain seadanya plus kedatangan Thomas Partey dari Atletico Madrid, tak lekas membuat gebrakan bagi Arsenal sepanjang musim ini. Tim asal London itu justru kehilangan citra 'The Big Six' usai nyaris alami degradasi.
Dengan demikian Mesut Ozil menjadi satu-satunya pemenang karena lembaran baru kariernya di Fenerbahce jauh lebih baik. Sementara itu Arsenal mungkin bakal kembali terseok-seok di Liga Inggris karena sikap keras kepala Mikel Arteta.