Liga Italia

Suning Group, Raksasa Ritel China yang Kontras Dengan Keuangan Inter Milan

Sabtu, 23 Januari 2021 19:42 WIB
Editor: Subhan Wirawan
© Grafis:Yanto/Football265.com/Foto:Claudio Villa - Inter/Inter via Getty Images
Suning Group, Raksasa Ritel China yang Kontras Dengan Keuangan Inter Milan Copyright: © Grafis:Yanto/Football265.com/Foto:Claudio Villa - Inter/Inter via Getty Images
Suning Group, Raksasa Ritel China yang Kontras Dengan Keuangan Inter Milan

FOOTBALL265.COM – Mengenal Sunning Grup, salah satu raksasa ritel asal China yang memiliki sumber pendapatan besar, namun berbanding terbalik dengan kondisi keuangan Inter Milan saat ini.

Seperti diketahui, Inter Milan kini dipegang oleh perusahaan Suning Group, salah satu raksasa ritel di China yang telah menerbitkan berbagai anak cabang di Tiongkok.

Pada tanggal 6 Juni 2016 silam, Suning Group melalui anak perusahaan yang berbasis di Luksemburg, Great Horizon, berhasil mengakuisisi saham mayoritas Inter Milan yang saat itu dipegang konsorsium asal Indonesia, Erick Thohir.

Pihak Suning Group resmi membeli saham mayoritas milik International Sports Capital dan sisa saham keluarga Moratti dengan total investasi mencapai 270 juta euro.

Dengan pembelian tersebut, Suning Group resmi menjadi pemegang utama Inter Milan setelah mengakuisisi 68,55% saham klub. Seiring berjalan waktu, Suning Group terus melakukan banyak investasi kepada Inter Milan, termasuk dana segar untuk pembelian pemain bintang.

Dari lansiran laman Tuttosport, disebutkan bahwa Suning Group sudah menghabiskan 700 juta euro (Rp 11,2 triliun) sepanjang 4 tahun terakhir untuk membangun kembali Nerazzurri.

Secara kondisi keuangan, sejatinya Suning Group sama sekali tak mengalami kendala, bahkan pada Agustus 2020 kemarin salah satu anak perusahaan utama Suning Group berhasil masuk dalam Fortune Global 500 List untuk keempat kalinya secara berturut-turut, dengan total pendapatan sebesar 97 miliar dolar hingga saat ini.

Sebagai informasi, Fortune Global 500 merupakan daftar 500 perusahaan top di seluruh dunia yang diukur berdasarkan pendapatan tahunan perusahaan.

Selain pendapatan tahunan yang tinggi, Suning Group melalui E-commerce yang baru-baru ini mereka luncurkan, Yun Wang Wangian, juga sukses mendapat sambutan positif dengan total investasi mencapai 915,5 juta dolar di Bursa Efek Shenzhen.

Lantas dengan keuangan induk perusahaan yang cukup stabil, mengapa kini kondisi finansial Inter Milan justru seperti diambang kebangkrutan?

Mengutip dari berbagai laman serta media lokal Italia, disebutkan bahwa masalah utama keuangan Inter Milan saat ini sejatinya memang murni akibat dampak Covid-19.

Artinya, kerugian Inter Milan sampai saat ini memang disebabkan lantaran minimnya jumlah pemasukan yang tak sebanding dengan besarnya biaya pembayaran gaji para pemain.

Inter Milan sendiri memang sedang dikabarkan alami krisis finansial cukup parah. Melansir dari laman Il Corriere dello Sport, disebutkan bahwa pemasukan Inter Milan sangat berkurang akibat dari penyebaran virus Cov-19 sepanjang tahun 2020.

Akibat kebijakan tanpa penonton selama tahun 2020 lalu, pendapatan Inter Milan dari segi penjualan tiket penonton alami penurunan drastis.

Selain itu, belanja besar serta beban gaji para pemain yang cukup banyak membuat kondisi keuangan Inter Milan benar-benar terpuruk.

Disebutkan, bahwa pada tahun 2020 kemarin Inter Milan telah menelan kerugian sebesar 100 juta euro (beberapa laporan bahkan menyebut total kerugian mencapai 150 juta euro).

Angka tersebut belum termasuk pembayaran gaji pemain serta cicilan pembelian Achraf Hakimi dari Real Madrid pada awal Januari silam.

Laman La Repubblica menjelaskan, jika Inter Milan baru bisa membayarkan gaji para para pemain bulan Juli dan Agustus 2020 kemarin, pada tanggal 16 Februari mendatang serta masuk memiliki hutang pembayaran transfer Hakimi sebesar 40 juta euro.

Apakah Suning Group tidak memberikan suntikan dana? Pihak Suning sendiri membantu keuangan klub, namun dalam bentuk pinjaman dari induk perusahaan mereka, Suning Group, sebesar 75 juta euro.

Sehingga meski kas klub bertambah, namun saldo hutang Inter Milan juga ikut bertambah dalam waktu bersamaan. Hal inilah yang menjadikan neraca keuangan sampai saat ini belum berubah positif.