FOOTBALL265.COM - Menerka formasi dan strategi yang bakal digunakan oleh Pep Guardiola jika jadi melatih tim raksasa Liga Italia, AC Milan.
Klub raksasa Serie A Liga Italia, AC Milan, dikabarkan kembali membujuk pelatih Manchester City yakni Pep Guardiola untuk menggantikan Stefano Pioli.
Menurut kabar yang dihimpun oleh sempremilan dari DonBalon, AC Milan ini ini begitu menginginkan Pep Guardiola oleh karena ambisi untuk terbang lebih tinggi di Italia dan Eropa.
Saat ini bersama Stefano Pioli, AC Milan sedang tumbuh dan berada di jalur untuk meraih Scudetto musim 2020-2021. Namun pelatih berusia 55 tahun itu dinilai belum mampu untuk menjalankan target yang jauh melebihi Scudetto.
Pep Guardiola diyakini sebagai sosok pemimpin yang mampu untuk menjalankan proyek besar dari manajemen Rossoneri. Ia sebelumnya telah sukses memenangkan kompetisi di Spanyol (Barcelona), Jerman (Bayern Munchen) dan Inggris (Manchester City).
Hal itu membuat Milan kepincut dan terus membujuk pelatih berusia 50 tahun tersebut. Akan tetapi Pep Guardiola masih memiliki kontrak di klub raksasa Liga Inggris, Manchester City hingga 2023 mendatang.
Sepertinya dalam waktu dekat ini AC Milan belum bisa mendaratkannya ke Italia. Apalagi Pep Guardiola masih berambisi membawa Manchester City memenangkan trofi pertama Liga Champions Eropa.
Meski begitu, tak ada salahnya untuk menerka formasi dan strategi apa yang kiranya bakal dipakai oleh Pep Guardiola di AC Milan.
Kembalinya Formasi 4-3-3 Tiki Taka
Josep Guardiola merupakan salah satu pelatih papan atas yang paling disegani di Eropa saat ini. Pelatih asal Spanyol itu selalu menghadirkan prestasi di tim-tim yang dihadapi.
Mulai dari Barcelona di LaLiga Spanyol, Bayern Munchen di Bundesliga, dan Manchester City di Liga Inggris. Bersama mereka, Guardiola sukses mempersembahkan banyak trofi domestik dan juga 2 Liga Champions untuk Man City dan Munchen.
Dari sederet pengalaman gemilang Guardiola, ada benang merah yang mengikat dirinya dengan ketiga klub tersebut. Benang merah itu adalah formasi menyerang modern 4-3-3.
Guardiola dikenal sebagai penganut fanatik dengan formasi 4-3-3. Skuad Barca musim 2008-2009 bahkan disebut sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah sepak bola.
Dengan formasi 4-3-3, Guardiola menciptakan lini depan yang sangat tajam dengan kehadiran Alexis Sanchez, Luis Suarez, dan Lionel Messi.
Melihat hal ini, maka cukup aman jika kita menyimpulkan Guardiola bakal menggunakan formasi 4-3-3 di AC Milan. Beruntungnya, AC Milan memiliki modal skuad yang cukup untuk melakukan itu.
Saat ini AC Milan berjaya dengan formasi 4-2-3-1 ala Stefano Pioli. Dengan sistem ini, Milan Rupanya mampu mengeluarkan potensi terbaik mereka. Namun, jika Guardiola yang bergabung, Milan mesti bersiap berpisah terhadap 4-2-3-1.
Formasi 4-3-3 merupakan jenis formasi yang menawarkan ofensivitas tinggi. Formasi ini menawarkan serangan dinamis di sisi kedua sayap.
Mungkin hanya di barisan belakang AC Milan tidak mengubah formasinya. Skema empat bek tetap akan digunakan dan digawangi pemain-pemain inti era Stefano Pioli seperti Theo Hernandez, Simon Kjaer/FIkayo Tomori (tengah). Alessio Romagnoli (tengah), dan Davide Calabria (kanan).
Keberadaan dua winger andal seperti Theo Hernandez dan Davide Calabria sangat membantu Milan menerapkan skema 4-3-3. Perubahan paling mencolok pada formasi yang diusung Guardiola di San Siro adalah pada sektor tengah.
Pada bagian gelandang lapisan tengah, Guardiola akan menggunakan skema yang pernah dimiliki AC Milan di era 2000-an, dengan mengandalkan satu gelandang bertahan/regista dan dua gelandang kiri dan kanan.
Sistem formasi seperti ini pun mau tak mau harus mengorbankan sejumlah pemain. Kompetisi di sektor gelandang bertahan akan lebih ketat karena hanya menyisakan satu slot dari yang sebelumnya dua.
Franck Kessie, Ismael Bennacer, Sandro Tonali, Soualiho Meite, dan Rade Krunic akan berebut satu posisi ini. Nama Franck Kessie dan Ismael Bennacer pun menjadi yang terdepan.
Bergeser ke kiri, di pos gelandang Milan bisa menepatkan seorang Hakan Calhanoglu. Memang ini bukanlah posisi favoritnya, namun gelandang kiri adalah pilihan terbaik baginya jika memakai skema yang dimainkan Guardiola.
Sementara di sisi gelandang kanan, nama Alexis Saelemaekers patut dikedepankan. Meski tidak terlalu istimewa di Milan, namun Saelemaekers adalah opsi terbaik yang dipunya AC Milan saat ini.
Walau begitu, diyakini Guardiola akan memilih mendatangkan pemain baru pada posisi ini sebelum ia resmi membesut I Rossoneri.
Di pos trisula maut yang menjadi trademark dari formasi 4-3-3, Guardiola memiliki sumber daya melimpah. Di sisi sayap kiri saja Milan mempunyai empat pemain yakni Rafael Leao, Ante Rebic, Jens Petter Hauge, dan Mario Mandzukic.
Rafael Leao dan Ante Rebic diprediksi masih akan jadi yang utama di posisi ini. Sayangnya, pilihan melimpah di sektor ini tak diimbangi dengan pos kanan.
Di bagian sayap kanan, Milan begitu timpang. Alexis Saelemaekers dan Samu Castillejo tidak bisa begitu diandalkan. Kemungkinan besar ada nama baru yang pasti bakal bergabung dalam skuad Guardiola. Winger milik Olympique Marseille, Florian Thauvin menjadi nama yang bisa dipertimbangkan.
Sedangkan untuk di pos ujung tombak, tak ada nama lain selain Zlatan Ibrahimovic. Tentu dengan catatan, ia masih bisa melanjutkan kariernya di San Siro. Jika tidak, maka Guardiola akan meminta AC Milan berbelanja sriker baru yang lebih muda dan tentunya memiliki insting mencetak gol yang sangat tajam.
Jika skema 4-3-3 telah diterapkan, Milan pun harus ikut mengubah gaya permainan. Operan bola-bola pendek cepat dengan kerapatan tinggi diyakini bakal diterapkan I Rossoneri di bawah Guardiola.
Secara taktik, AC Milan mungkin akan baik-baik saja bersama Guardiola. Akan tetapi, jika bicara non-teknis, bisa jadi Pep Guardiola akan menghadirkan masalah untuk AC Milan.
Berdasarkan penuturan pemain-pemainnya di masa lalu, Giardiola disebut sebagai pelatih dengan relasi yang buruk terhadap pemainnya. Guardiola kerap dingin dan tak jarang terlibat perselisihan.
Demikianlah bedah formasi klub AC Milan apabila jadi dilatih Pep Guardiola. Tak cuma formasi yang berubah drastis, tim pemegang 18 gelar Liga Italia itu juga harus mengubah sebagian filosofi dan sistem bermain mereka.