Musim lalu Liverpool begitu terbantu lewat gol-gol Sadio Mane, terutama di liga. Mane bahkan beberapa kali mencetak 4 gol dari 5 laga. 

Namun, hal itu tak terjadi pada musim ini. Prestasi terbaiknya adalah pada pekan ke-2 dan 3 ketika mencetak tiga gol dari dua laga. Setelah itu, Mane sempat puasa gol selama 8 laga beruntun. 

Selama Mane tak mencetak gol, Liverpool harus menelan 6 kekalahan dan 5 hasil imbang. Situasi ini jelas sangat merugikan bagi Liverpool. 

Salah satu kunci kebangkitan Liverpool adalah pada kekuatan trio Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino. Keseimbangan ketiganya begitu penting bagi The Reds. 

Namun yang terjadi musim ini adalah Liverpool hanya bergantung kepada Mohamed Salah seorang. Roberto Firmino yang diharapkan bisa menutup kelemahan Mane juga ikut-ikutan melempem. 

Untuk itu, belum terlambat bagi Sadio Mane untuk bangkit. Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, terbilang begitu baik kepada Mane. 

Di skuad The Reds saat ini ada sosok Diogo Jota. Namun, alih-alih memberikan posisi sayap kiri kepada Jota, Klopp memilih percaya kepada Sadio Mane. Justru Firminolah yang kerap dikorbankan oleh Klopp entah itu dicadangkan atau dipindah posisi bermain. 

'Beruntung' bagi Mane, sebelum semuanya terlambat, Diogo Jota menderita cedera panjang pada putaran pertama lalu. Sadio Mane harus segera berbenah diri. 

Satu golnya ke gawang RB Leipzig di Liga Champions tengah pekan ini bisa dimanfaatkan sebagai momen kebangkitan. Sadio Mane harus mengingat bahwa berhasil atau tidaknya Liverpool kembali ke empat besar Liga Inggris dan melangkah jauh di Liga Champions sangat bergantung kepada gol-gol miliknya.